Sabtu, 24 November 2012

Jersey Real Madrid Periode 2012-2013

Berikut ini adalah beberapa kostum dari Los galaticos






SUTAN SYAHRIR


Biografi Sutan Syahrir









Sutan Syahrir berasal dari keluarga Minangkabau yang cukup terpandang dan disegani di Koto Gedang, Sumatera Barat. Kakek dan ayahnya merupakan jaksa yang bekerja bagi pemerintah Hindia Belanda. Dalam tubuh Sutan Sjahrir juga mengalir darah bangsawan Mandailing Natal, Ibunya merupakan keturunan langsung dari Tuanku Besar Sintan dari Natal (Mrazek, 1996: 4-5). Jadi sejak kecil Sjahrir telah menikmati kemapanan ekonomi dan kehidupan keluarga yang modern.
Perawakan Syahrir pendek: 1,60 meter lebih sedikit. Suka tertawa lepas, sorotan mata ramah dan bersahabat. Syahrir Lahir di Padang Panjang, Sumatera barat, 5 Maret 1909. Ayahnya bernama Mohammad Rasad gelar Maharaja Sutan bin Soetan Leman gelar Soetan Palindih, asal Kota Gadang, dengan jabatan terakhir: Kepala Jaksa pada/Landraad (Pengadilan Negeri) di Medan (Anwar, 2011: 9).
Ibunya bernama Poetri Siti Rabiah, putri Soetan Soeleiman (Kota Gadang) dan Puti Djohor Maligan (cucu Tuanku Besar si Intan dari Natal, Sumatra Utara) dari daerah pantai bagian selatan Tapanuli, dari keluarga raja-raja local Swapraja (sutansjahrir.com).
Syahrir mengenyam sekolah dasar (ELS) dan sekolah menengah (MULO) terbaik di Medan, dan membetahkannya bergaul dengan berbagai buku-buku asing dan ratusan novel Belanda. Malamnya dia mengamen di Hotel De Boer (kini Hotel Natour Dharma Deli), hotel khusus untuk tamu-tamu kulit putih. Pada 1926, ia selesai dari MULO, masuk sekolah lanjutan atas (AMS) di Bandung, sekolah termahal diHindia Belanda saat itu. Di sekolah itu, dia bergabung dalam Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia (Batovis) sebagai sutradara, penulis skenario, dan juga aktor. Hasil mentas itu dia gunakan untuk membiayai sekolah yang ia dirikan, Tjahja Volksuniversiteit, Cahaya Universitas Rakyat.
Di kalangan siswa sekolah menengah (AMS) Bandung, Syahrir menjadi seorang bintang. Syahrir bukanlah tipe siswa yang hanya menyibukkan diri dengan buku-buku pelajaran dan pekerjaan rumah. Ia aktif dalam klub debat di sekolahnya. Syahrir juga berkecimpung dalam aksi pendidikan melek huruf secara gratis bagi anak-anak dari keluarga tak mampu dalam Tjahja Volksuniversiteit(id.wikipedia.org).
Pendidikan Barat yang diperoleh Sjahrir tidak hanya diperoleh di Hindia, setamat AMS ia melanjutkan studi ke Fakultas Hukum, Universitas Amsterdam. Di negeri Belanda, Sjahrir menjalani kehidupan yang berbeda dengan di Hindia. Kehidupan di negeri Belanda memperkenalkan Sjahrir pada kehidupan yang bebas. Ia tertarik pada sosialisme, terlibat dalam Perkumpulan Mahasiswa Sosial Demokrat Amsterdam, dan banyak membaca buku-buku mengenai sosialisme. Selain itu, ia juga melibatkan diri dalam gerakan Sarekat Buruh dan bekerja pada Sekretariat Federasi Buruh Transport Internasional (Mrazek, 1996: 92).
Ia berkembang dalam iklim Barat dengan pola pikir Barat dan hampir-hampir tidak ada lagi kesan bahwa sebenarnya orang Indonesia dengan pola pikir yang dimilikiya dan berkembang sangat baik. Menurut teman-temannya di Belanda, Sutan Sjahrir menyelami sosialisme sangat dalam hingga bergaul sangat bebas dengan kelompok sosialis. Ia sangat memahami teori-teori sosialisme berkat pergaulan dalamnya dengan kelompok sosialis Belanda(sosok.kompasiana.com).
Berikut adalah data-data biografi Sutan Syahrir yang dikutip dari sutansjahrir.com, yaitu Pernikahan : 1. 1939 – 1948 : Pernikahan dengan Ny. Maria Duchateau (dilangsungkan dengan surat kuasa, serentak di Negeri Belanda, tempat domisili Ny. Maria Duchateau) dan di Pulau Banda Neira, (tempat St. Sjahrir diasingkan oleh Belanda). Karena pecah perang dunia ke-2, istrinya tidak dapat menyusul ke Indonesia dan tetap berdomisili di negeri Belanda. Pada 1948 mereka bercerai. 2. 1951 hingga wafatnya tahun 1966 : Pernikahan dengan Siti Wahyunah S.H., putrid Prof. Dr. dr. Moh. Saleh Mangundiningrat, Solo (pernikahan dilangsungkan di Kairo, Mesir).
Putera – Puteri : Ir. Kriya Arsjah dan Siti Rabyah Parvati, S.S. dan beberapa orang anak angkat yang berasal dari Banda Neira, tempat pembuangannya di Maluku.
Meninggal di Zurich, Switzerland, 9 April 1966 dan dimakamkan di TMP Kalibata dan diberi gelar Pahlawan Nasional. Penganugrahan 1. Tanda Kehormatan Satyalencana, Peringatan Perjoangan Kemerdekaan, tanggal 20 Mei 1961. 2. Pengangkatan sebagai Pahlawan Nasional, Keputusan Presiden Republik Inonesia No. 76, Tahun 1966, tanggal 9 April 1966. 3. Pengangkatan sebagai Perintis Kemerdekaan, SK. Menteri Sosial, tanggal 9 April 1976.
JABATAN-JABATAN NEGARA
16 Oktober 1945 - 28 November 1945 Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) merangkap Ketua Badan Pekerja KNIP 15 November 1945
27 Juni 1947 Memimpin 3 Kabinet Parlementer berturut-turut :
1. 15 November 1945 – 28 Februari 1946 : Perdana Menteri RI merangkap Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Parlementer yang Pertama (Kabinet RI ke-2).
2. 3 Maret 1946 – 27 juni 1946 : Perdana Menteri RI merangkap Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Sjahrir ke-2. Merangkap Ketua Delegasi R.I. dalam perundingan dengan Belanda (d.b.p. Lord Inverchapel), Maret/April 1946.
3. 2 Oktober 1946 – 26 Juni 1947 : Perdana Menteri RI merangkap Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Sjahrir ke-3. Merangkap Ketua Delegasi R.I. dalam perundingan dengan Belanda (d.b.p. Lord Killearn)
Oktober 1946-25 Maret 1947 (Perjanjian Linggajati). 26 Juni 1947 : Mandatnya dikembalikan kepada Presiden. Kabinet berfungsi terus sampai terbentuknya kabinet baru (3 Juli 1947: Kabinet Amir Sjarifudin).
30 Juni 1947 - akhir Januari 1950 Penasehat Presiden RI. 22 Juli 1947 - Duta Besar Keliling (Ambassador-at-Large) dengan tugas mewakili Republik Indonesia dalam urusan-urusan dan perundingan-perundingan dengan semua negara dan pemerintah asing ( surat pengangkatan Presiden RI tanggal 22 Juli 1947).
- Mewakili Republik Indonesia di sidang-sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 14, 19, 25 Agustus 1947 dalam perdebatan tentang sengketa Republik Indonesia – Negeri Belanda (Agresi Belanda Ke-1).
14 Mei 1948 Selaku Duta Istimewa dan Penasehat Presiden RI, diberi tugas memimpin semua perwakilan R.I. di luar negeri, serta menjalankan segala urusan baik di lapangan politik maupun ekonomi/keuangan untuk memperkuat kedudukan RI di luar negeri (Surat Kuasa Wakil Presiden RI selaku Pemimpin Pemerintah No. 2/PW/PM/48).
Sejak akhir Januari 1950 Tidak memangku suatu jabatan negara lagi. Ditahan tanpa diadili 1962
KARANGAN – KARANGAN SUTAN SJAHRIR 
1. PIKIRAN DAN PERJOANGAN, terbitan Pustaka Rakyat, tahun 1950 (kumpulan karangan dari Majalah ”Daulat Rakyat” dan majalah-majalah lain, tahun 1931 – 1940). 
2. PERGERAKAN SEKERJA – brosur 1933. 
3. PERJOANGAN KITA – brosur Oktober 1945.
4. INDONESISCHE OVERPEINZINGEN, terbitan ”De Bezige Bij”, Amsterdam 1946 (kumpulan surat-surat dan karangan-karangan dari penjara Cipinang dan tempat pembuangan di Digul dan Banda-Neira, dari tahun 1934 sampau 1938). 
5. RENUNGAN INDONESIA, terbitan PT. Pustaka rakyat (Diterjemahkan dari Bahasa Belanda: ”Indonesische Overpeinzingen” oleh HB Yassin, 1951).
6. OUT OF EXILE, terbitan John Day Company, New York 1949 (terjemahan dari ”Indonesische Overpeinzingen” oleh Charles Wolf Jr. dengan dibubuhi bagian ke-2 karangan Sutan Sjahrir). Dicetak ulang oleh: Greenwood Press New York, 1969, alamat, 51, Riverside Ave Westport, Conn 06880, N.Y.). 
7. RENUNGAN DAN PERJUANGAN, terbitan PT. Djambatan dan PT. Dian Rakyat (terjemahan HB Yassin dari ”Indonesische Overpeinzingen” dan Bagian II “Out of Exile”, 1990).
8. SOSIALISME DAN MARXISME, terbitan PT. Djambatan, tahun 1967 (kumpulan karangan dari majalah “Suara Sosialis” tahun 1952 – 1953). 
9. NASIONALISME DAN INTERNASIONALISME, terbitan Panitia Persiapan Yayasan Sjahrir 1968 (Pidato yang diucapkan pada Asian Socialist Conference di Rangoon, tahun 1953).
10. Karangan – karangan dalam ”Sikap”, ”Suara Sosialis” dan majalah – majalah lain.
11. SOSIALISME INDONESIA PEMBANGUNAN (kumpulan tulisan Sutan Sjahrir diterbitkan oleh Leppenas, tahun 1983).

2.2 Peran Sutan Syahrir dalam Pemerintahan Indonesia 1945-1947
            Selain melibatkan diri dalam perkumpulan mahasiswa sosialis, Sjahrir juga aktif dalam Perhimpunan Indonesia (PI) yang ketika itu dipimpin oleh Mohammad Hatta. Dalam PI kegiatan politik Sjahrir segera diperhitungkan. Ketika PI dikuasai oleh orangorang berideologi komunis, ia tetap setia bersama Hatta untuk menentang hal tersebut.
Kegiatan politik Sjahrir semakin menonjol ketika ia bersama Hatta mendirikan sebuah partai baru, yakni PNI-Baru (Pendidikan Nasional Indonesia). Dalam Kongres I di Bandung pada bulan Juni 1932 Sjahrir terpilih sebagai ketua Pimpinan Umum PNIBaru (Syahbudin, 1987: 22-23). Pimpinan Sjahrir ditandai oleh pengarahan konsolidasi ke dalam untuk menumbuhkan kematangan politik dan jiwa kritis. Tidak lama setelah itu, Hatta kembali ke Hindia dan kepemimpinan PNI-Baru diserahkan kepadanya. Sjahrir bermaksud kembali ke Belanda untuk melanjutkan studinya. Namun belum sempat ia meninggalkan Hindia, para pemimpin PNI-Baru ditangkap oleh pemerintah Hindia Belanda. Kegiatan-kegiatan PNI-Baru dianggap berbahaya karena melakukan propaganda melalui tulisan-tulisan yang dimuat dalam majalah Daulat Rakjat (Hatta, 1978: 319).
¨           Arti Penting Syahrir Pada Awal Kemerdekaan
Pemerintah Republik Indonesia awal memiliki banyak kelemahan, sehingga menimbulkan ketidakpuasan terutama bagi pemuda. Buruknya hubungan pemerintah pusat dan daerah, kedatangan Sekutu, peleburan badan-badan peperangan, pengumpulan kembali orang Jepang, penyesuaian tugas pegawai, buruknya sarana transportasi, dan kemunduran ekonomi menjadi penghalang pemerintah untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Pengambil-alihan kantor-kantor dan perusahaan di daerah-daerah tidak dapat dikontrol oleh pemerintah pusat, begitu pula dalam hal penyediaan dan pengawasan penggunaan uang. Ketidakpuasan ini menimbulkan ide untuk mengganti Kabinet Soekarno-Hatta dengan kabinet baru yang lebih tegas dan berani(Moedjanto, 1988: 141-142).
Kelemahan pemerintah pusat ke dalam tidak diimbangi dengan kekuatan ke luar. Kabinet presidensial dinilai oleh Sekutu sebagai kabinet berbau fasis, karena para menterinya pernah bekerjasama dengan Jepang (Algadri, 1991: 92). Kondisi ini membuat Sekutu sulit untuk mengakui Republik Indonesia karena dianggap sebagai negara buatan Jepang dan berada di bawah kendali Jepang.
Untuk menyelamatkan Republik dari cap negara buatan Jepang dan segera memperoleh pengakuan internasional, dicari tokoh pemimpin yang antifasis. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan desakan-desakan yang menginginkan agar Pemerintah RI lebih mencerminkan semangat kemerdekaan dan demokrasi. Di antara orang-orang Indonesia banyak yang anti Jepang. Kekerasan dan kekejaman yang dilakukan oleh tentara Jepang hampir-hampir menguras habis simpati bangsa Indonesia. Salah satu tokoh anti Jepang adalah Sutan Sjahrir, tokoh antifasis yang terkenal dengan jaringan bawah tanahnya pada masa pendudukan Jepang.
Sjahrir dapat menghilangkan ketidakpuasan pemuda, ia dianggap sebagai orang yang tepat untuk mengatasi masalah dalam masa revolusi. Ia mempunyai hubungan yang baik dengan politisi tua, dan dikenal sebagai nasionalis intelektual dan ex Digulis. Di kalangan pemuda, peranannya selama pendudukan Jepang sangat dihargai, dan umurnya yang baru 36 tahun lebih dekat dengan pemuda (Moedjanto, 1988: 142).
¨           Syahrir sebagai ketua KNIP
Lima hari setelah kemerdekaan Indonesia, Komite Nasional Indonesia terbentuk. Kelompok pemuda mendorong agar Sjahrir menjadi Ketua Komite, namun ia menolak dengan alasan masih menanti sejauh mana Komite mencerminkan kehendak rakyat. Pada kenyataannya lembaga-lembaga negara RI belum berfungsi dengan baik, begitu pula dengan KNI. Lembaga tersebut masih baru dan para pejuang lebih banyak menunggu instruksi daripada mempunyai inisiatif sendiri (Djoeir, 1997: 93-94).
Pada tanggal 7 Oktober 1945, 40 anggota KNIP menandatangani petisi yang berisi tuntutan agar Komite Nasional menjadi badan legislatif, bukan pembantu presiden. Selain itu, menteri kabinet harus bertanggungjawab kepada dewan, bukan kepada presiden. Selanjutnya, para pemuda mendesak agar Sjahrir bersedia menjadi ketua Komite. Pada tanggal 16 Oktober 1945, Komite Nasional mengadakan rapat dan Sjahrir diangkat sebagai ketua (Sjahrir, 1990: 280).
Naiknya Sjahrir sebagai ketua KNIP segera membawa angin segar ke dalam KNI dan Pemerintah (eksekutif) yang lebih mencerminkan aspirasi rakyat. Langkah-langkah yang diambil Sjahrir sebagai Ketua KNIP ialah sebagai berikut: Pertama, mengubah KNIP menjadi badan legislatif. Sidang KNIP pada tanggal 16 Oktober membuahkan hasil dengan disetujuinya usul Sjahrir, kemudian dikeluarkan Maklumat Wakil Presiden No. X. Isi pokok dari maklumat tersebut ialah (Soebadio, 1987: 63):
1. Sebelum MPR-DPR terbentuk, KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan garis-garis besar haluan negara.
2. Berhubung dengan keadaan yang sedang genting, banyak anggota KNIP diperlukan di daerah-daerah, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja (BP). Perubahan status KNIP dapat memperkokoh kedudukan RI dalam menghadapi pihak asing yang menganut paham demokrasi, karena RI dapat dicap sebagai Negara fasis buatan Jepang apabila kekuasaan Presiden terlalu besar.
Usaha kedua yang dilakukan Sjahrir ialah mendirikan partai-partai politik. Dengan perubahan status KNIP, maka RI menjadi sebuah negara yang mengikuti pola parlemen Eropa Barat. Konsekuensinya, suara rakyat harus disalurkan melalui organisasi politik. Sebagai dasar hukum digunakan Aturan Tambahan ayat 1 UUD 1945, yang menetapkan bahwa: “Dalam enam bulan sesudah akhir peperangan Asia Timur Raya, Presiden Indonesia mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan dalam Undang-undang Dasar ini.” (Moedjanto, 1988: 143). Artinya bahwa 6 bulan sesudah perang selesai di Indonesia harus diselenggarakan suatu pemilihan untuk anggota MPR-DPR. Sjahrir menjelaskan bahwa pemilihan itu akan bersifat demokratis, dan oleh karena itu keikutsertaan partai-partai politik merupakan hal yang utama.
Sjahrir berhasil memperoleh persetujuan BPKNIP untuk mengeluarkan Maklumat Pendirian Partai-partai . Maklumat ini disetujui oleh Soekarno-Hatta, dan pada tanggal 3 November 1945 Wakil Presiden Moh. Hatta mengesahkannya. Pendirian partai-partai politik dapat menunjukkan bahwa Indonesia merupakan Negara demokrasi, suatu bentuk negara yang dikehendaki oleh dunia internasional, terutama oleh Sekutu. Dengan demikian, kesan bahwa Indonesia merupakan negara fasis buatan Jepang dapat dihilangkan.
Usaha Sjahrir yang ketiga ialah menulis buku Perjuangan Kita. Buku ini merupakan sebuah diagnosa yang dirumuskan secara jernih tentang persoalan yang dihadapi Indonesia pada waktu itu dan merupakan program untuk menghadapi Belanda. Munculnya Perjuangan Kita memberi pengaruh terhadap pandangan Belanda dan Sekutu bahwa pemimpin Indonesia tidak semuanya pernah bekerjasama dengan Jepang.

¨                  Syahrir Sebagai Perdanan Menteri

Pada tanggal 14 November dikeluarkan Maklumat Pemerintah 14 November 1945, yang berisi disetujuinya perubahan sistem kabinet dari presidensial menjadi parlementer. Sjahrir ditunjuk sebagai formatur kabinet, dan segera membentuk Kabinet Sjahrir I (Ibid, 1987: 98). Ia dianggap sebagai orang yang tepat untuk menjadi pemimpin karena dianggap mampu menghadapi diplomasi dengan negara Barat. Kabinet Sjahrir I sebagian besar anggotanya terdiri atas tenaga pemerintahan dan tenaga ahli, bukan politisi dan merupakan orang-orang yang tidak bekerjasama dengan Jepang.

Usaha-usaha Sjahrir sebagai Perdana Menteri ialah: pertama, mengadakan
konsolidasi dengan pimpinan negara yakni Soekarno-Hatta. Selain itu, dalam
menghadapi pergolakan di daerah-daerah ia bekerjasama dengan KNI-Daerah agar pergolakan-pergolakan itu dapat dikendalikan. Sjahrir juga menetapkan program kerja kabinet ke dalam, yang terdiri atas empat pasal (Departemen Penerangan, 1970: 4):
a) Menyempurnakan susunan Pemerintah Daerah berdasarkan kedaulatan rakyat.
b) Mencapai koordinasi semua tenaga rakyat dalam usaha menegakkan Negara
Republik Indonesia serta pembangunan masyarakat yang berdasarkan keadilan dan perikemanusiaan.
c) Berusaha memperbaiki kemakmuran rakyat.
d) Berusaha mempercepat keberesan tentang hal uang Republik Indonesia.

Kedua, Sjahrir menjalankan politik diplomasi untuk menghadapi Sekutu dan Belanda. Perundingan pertama diadakan pada tanggal 17 November 1945, dan menghasilkan usulan-usulan dari pihak Belanda yang intinya berisi mengenai
keamanan di Indonesia. Akan tetapi akhirnya perundingan ini tidak menghasilkan apa-apa, Syahrir tidak sempat memberi jawaban atas usul-usul Belanda karena kabinetnya sedang sibuk mengadakan rapat bersama KNIP. Selain itu timbul kejengkelan dan keprihatinan di pihak Indonesia akibat insiden penembakan Mr. M. Roem oleh serdadu Belanda pada tanggal 21 November 1945 (Agung, 1995: 40-41). Perundingan selanjutnya diadakan pada tanggal 10 Februari 1946, yang
menghasilkan pernyataan politik pemerintah Belanda, bahwa Indonesia akan dijadikan sebagai negara persemakmuran di bawah Kerajaan Belanda (Raliby, 1953: 232). Perundingan ini juga tidak menghasilkan apa-apa, karena sebelum sempat menjawab pernyataan Belanda, Kabinet Sjahrir jatuh akibat pertentangan oleh pihak oposisi di dalam negeri.
Syahrir sebagai Perdana Menteri untuk yang Kedua kalinya. Sjahrir ditunjuk kembali untuk membentuk kabinet baru setelah pihak oposisi, yaitu Persatuan Perjuangan, tidak mampu membentuk kabinet baru. KNIP yang masih berada dalam masa sidang segera menyetujui tindakan ini, dan akhirnya Kabinet Sjahrir II dilantik pada tanggal 12 Maret 1946 (Departemen Penerangan, 1970: 5).
Dalam kabinetnya yang kedua, Sjahrir tetap melanjutkan perundingan sebagai usaha untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Setelah kabinet baru terbentuk, Sjahrir menyusun usul balasan kepada van Mook, meminta Belanda untuk mengakui kedaulatan penuh Republik Indonesia dengan wilayah bekas Hindia Belanda dan tidak berbentuk sebagai negara persemakmuran seperti yang diusulkan sebelumnya. Pihak Belanda menolak menerima usul tersebut, van Mook mengusulkan pembentukan negara Indonesia yang berbentuk federasi dalam suatu Uni dengan Belanda. Pada tanggal 27 Maret 1946, Sjahrir memberikan jawaban dengan isi pokok supaya pemerintah Belanda mengakui kedaulatan de facto RI atas Jawa dan Sumatera, selain itu ia juga menyetujui pembentukan RIS yang berada dalam ikatan Kerajaan Belanda.
Usul balasan tersebut, mampu memberi pendekatan antara Indonesia dan Belanda. Selanjutnya Sjahrir menyusun rancangan perundingan yang lebih tinggi tingkatannya. Pada tanggal 14 sampai 24 April 1946 diadakan Perundingan Hoge Veluwe di Negeri Belanda (Basuki, 1999: 217). Perundingan ini mengalami kegagalan, karena pihak Belanda menolak hasil perundingan Sjahrir dan van Mook sebelumnya. Pihak Belanda hanya bersedia memberikan pengakuan de facto kedaulatan RI atas Jawa dan Madura saja, dan itupun dikurangi oleh daerah-daerah yang dikuasai oleh pasukan Sekutu. Sementara itu RI harus menjadi bagian dari Kerajaan Belanda. Meskipun demikian, perundingan ini merupakan tahapan dalam peletakan dasar untuk perundingan selanjutnya.
Pada tanggal 2 Mei 1946 van Mook kembali membawa usul pemerintahannya. Usulan tersebut berisi pengakuan Belanda terhadap Republik Indonesia yang berbentuk Serikat, serta merupakan bagian dari Kerajaan Belanda. Selain itu, Pemerintah Belanda mengakui de facto kekuasaan RI atas Jawa, Madura, dan Sumatera, dikurangi dengan daerah-daerah yang diduduki oleh tentara Inggris dan Belanda (Notosusanto, 1993: 127). Usul Belanda tidak diterima oleh Sjahrir, karena tidak mengandung sesuatu yang baru.
Di dalam negeri, posisi Sjahrir semakin sulit akibat serangan pihak oposisi yang semakin kuat. Puncak tindakan oposisi ialah penculikan terhadap Sjahrir beserta rombongannya pada 28 Juni 1946 di Solo (Loebis, 1992: 161). Presiden Soekarno menyatakan keadaan darurat dan mengambil alih pemerintahan, serta mendesak pihak oposisi agar segera membebaskan Sjahrir beserta pejabat lainnya. Dengan pengambilalihan pemerintahan oleh Presiden Soekarno tersebut, maka berakhirlah Kabinet Sjahrir II (Kahin, 1995: 238).
Syahrir sebagai Perdana Menteri untuk yang Ketiga kalinya. Setelah masalah penculikan selesai, Presiden Soekarno kembali menunjuk Sjahrir sebagai Perdana Menteri dan untuk segera membentuk kabinet baru. Sesudah kabinetnya dilantik, Sjahrir melanjutkan kembali perundingan dengan pihak Belanda. Pada tanggal 7 Oktober 1946 diadakan perundingan atas dasar program politik pemerintah yang menekankan pada perundingan atas dasar pengakuan merdeka 100%, dan persiapan rakyat serta negara dalam bidang politik, militer, ekonomi, dan sosial untuk mempertahankan RI. Perundingan ini menghasilkan usul-usul dari pihak Belanda yang tidak dapat diterima oleh Sjahrir. Belanda menginginkan agar Indonesia menjadi negara bagian dari Kerajaan Belanda.
Perundingan selanjutnya diadakan di Linggarjati, pada tanggal 15 November 1946; delegasi Indonesia dipimpin oleh Sutan Sjahrir dan delegasi Belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn. Perundingan ini menghasilkan persetujuan antara Indonesia dan Belanda dengan 17 pasal ketentuan. Isi yang paling penting ialah diakuinya Indonesia secara de facto atas Jawa, Madura dan Sumatera, serta pembentukan Negara Indonesia Serikat. Setelah Belanda memberikan pengakuan kekuasaan de facto RI atas Jawa, Madura, dan Sumatera, negara-negara lain kemudian mengikutinya, seperti Inggris, AS, Mesir, Libanon, Suria, Afganistan, Burma, Saudi Arabia, Yaman, Rusia, serta India dan Pakistan (Tobing, 1986: 2-10).
Banyak pihak menganggap Sjahrir terlalu banyak memberi konsesi pada Belanda dan banyak ketidakjelasan dalam Persetujuan yang dapat menimbulkan perbedaan tafsiran. Sjahrir mengalami kesulitan berhubungan dengan pihak Belanda, sehingga banyak yang menarik dukungan terhadapnya, termasuk partainya sendiri, yaitu Partai Sosialis. Akibat banyaknya penentangan kebijakan Sjahrir, maka ia kemudian mengundurkan diri pada tanggal 27 Juni 1947 (Kahin, 1995: 261-262).
Apabila dilihat lebih lanjut, Persetujuan Linggarjati memiliki kelebihan, Syahrir mencantumkan pasal mengenai arbitrase yang memungkinkan untuk meningkatkan masalah Indonesia menjadi masalah internasional apabila terjadi pelanggaran. Hal ini terbukti ketika Belanda melancarkan agresi militernya yang pertama, karena adanya pasal mengenai arbitrase maka masalah Indonesia dapat diajukan ke badan internasional (PBB). Pada 4 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB menyetujui resolusi Australia untuk penyelesai pertikaian Indonesia-Belanda (Deplu, 2004: 582). Pada 14 Agustus 1947, Sjahrir memimpin delegasi Indonesia ke sidang Dewan Keamanan PBB (Salam,1990: 52-53). Dalam sidang ini Sjahrir diberi kesempatan berpidato dan momen ini membuat Indonesia mulai dikenal oleh dunia internasional. Sejak saat itu pertikaian Indonesia-Belanda tidak pernah luput dari perhatian PBB.

¨                  Tantangan-tantangan yang dihadapi Syahrir

Oposisi Persatuan Perjuangan
Selama menjabat sebagai perdana menteri, Sjahrir mendapat tantangan-tantangan dari dalam negeri. Tantangan pertama berasal dari pihak oposisi yang tergabung dalam Persatuan Perjuangan (PP) yang dipimpin oleh Tan Malaka. Organisasi ini merupakan gabungan dari berbagai organisasi masyarakat, badan-badan perjuangan, dan kelompok-kelompok sosial lainnya yang menentang kebijakan Sjahrir dan kabinetnya, terutama dalam hal diplomasi. Persatuan Perjuangan menginginkan Indonesia merdeka 100%, dan lebih mengutamakan perlawanan fisik terhadap Belanda dan sekutu.

Pertentangan dengan militer
Pernyataan Syahrir mengenai kolaborator Jepang yang ditulisnya dalam buku Perjuangan Kita merupakan awal pertentangan Sudirman terhadap Sjahrir. Sudirman tersinggung karena pasukan Pembela Tanah Air (PETA) yang dipimpinnya merupakan bentukan Jepang (Malik, 1978: 155). Jenderal Sudirman kemudian bergabung bersama oposisi Persatuan Perjuangan dan menyatakan pertentangannya terhadap kebijakan Sjahrir. Garis politik Persatuan Perjuangan yang keras lebih menarik perhatiannya daripada diplomasi yang diperjuangkan oleh Sjahrir.

Karakteristik Media Pembelajaran


2.1. Karakteristik Media Visual
Media Pembelajaran yang menggunakan teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi melalui buku dan materi visual statis terutama melalui proses percetakan mekanis atau photografis, contohnya antara lain: teks, grafik, foto atau representasi fotografik. Karakteristik media pembelajaran hasil cetak antara lain :
  • Teks dibaca secara linear
  • Menampilkan komunikasi secara satu arah dan reseptif
  • Ditampilkan secara statis atau diam
  • Pengembangannya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip pembahasan
  • Berorientasi atau berpusat pada siswa. Pendekatan yang berorientasi pada siswa adalah pendekatan dalam belajar yang ditekankan pada ciri-ciri dan kebutuhan siswa secara individual. Sedang lembaga pendidikan dan para guru hanya berfungsi dan berperan sebagai fasilitator saja. Sistem pendekatan yang berorientasi pada siswa ini didesain sedemikian rupa. Sehingga siswa dapat belajar dengan sistem yang luwes yang diarahkan agar siswa dapat membentuk gaya belajarnya masing masing. Dalam hal ini guru dan lembaga berperan sebagai penunjang, fasilitator dan penyemangat siswa yang sedang belajar.
  • Informasi dapat diatur atau ditata ulang oleh pemakai (http://www.bakharuddin.net/2012/07/karakteristik-media-pembelajaran.html)


Secara garis besar, unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri dari garis, bentuk, warna, dan tekstur (Ersyad, 1977). Dalam mengembangkan sebuah media pembelajaran, perlu diperhatikan beberapa prinsip agar media tersebut memberikan pengaruh efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
A.    Media visual non proyeksi
Media visual non proyeksi merupakan media yang sering digunakan dakam pembelajaran karena penggunaannya sederhana, tidak memerlukan banyak perlengkapan dan relatif tidak mahal.
Beberapa jenis media visual non proyeksi yang sering digunakan dalam pembelajaran antara lain :
1.      Benda relatif (benda nyata)
Benda nyata adalah benda yang dapat dilihat, di dengar atau dialami oleh peserta didik sehingga memberikan pengalaman langsung kepada mereka. Benda tersebut tidak harus dihadirkan diruang kelas ketika proses pembelajaran berlangsung, tetapi siswa dapat melihat langsung ke lokasi objek. Contoh : untuk mempelajari keanekaragaman hayati, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman, siswa bisa mengamatinya lansung di lokasi atau di habitatnya, misalnya melalui kunjungan atau studi lapangan.
2.      Model dan Prototipe
Adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari media yang sesungguhnya. Misalnya : untuk mempelajari letak geografis wilayah di planet bumi diperlukan model berupa globe bumi, sementara, untuk mempelajari anatomi tubuh pada hewan dan manusia dibutuhkan model atau prototipe tumbuhan, hewan, dan tubuh manusia yang terbuat dari bahan fiber glas, plastik, karet, dan lain-lain.


3.      Media cetak
Media cetak adalah media pembelajaran yang disajikan dalam bentuk tercetak (prited media). Media jenis ini termasuk kelompok jenis media yang paling tua dan banyak digunakan dalam proses pembelajaran karena praktis penggunaannya dan tersedia di banyak tempat. Beberapa contoh media cetak : adalah buku teks, modul, majalah, dan sejenisnya.(Rayandra Asyhar, 2011:53-57)
4.      Media Grafis
Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam sismbol-simbol komunikasi visual.
Simbol-simbol tersebut perlu di pahamibenar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efesien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula  untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.
Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relatif murah ditinjau dari segi biayanya.banyak jenis media grafis, diantaranya, yaitu :
a.       Gambar atau foto
Diantara media pendidikan, gambar atau foto adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Oleh karana itu, pepatah Cina yang mangatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak dari pada seribu kata.


b.      Sketsa
Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draft kasar yamg melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang normal dapat belajar menggambar, setiap guru yang baik haruslah dapat menuangkan ide-idenya ke dalam bentuk sketsa. Sketsa, selain dapat menarik perhatian murid, menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganya pun tak perlu dipersoalkan sebab media ini dibuat langsung oleh guru.
c.       Diagram
Sebagai suatu gambar yang sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-simbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari objek secara garis besar.
Diagram yang baik sebagai media pendidikan adalah media yang :
1.      Benar, diagram rapi, diberi titel, label, dan penjelasan-penjelasan yang perlu;
2.      Cukup besar dan ditempatkan secara strategis; dan
3.      Penyususnannya disesuaikan dengan pola membaca yang umum yaitu dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.
d.      Bagan / Chart
Seperti halnya media grafis yang kain, bagan atau chart termasuk media visual. Fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memebrikan ringkasan butir-butir terpenting dari suatu presentasi.
Sebagai media yang baik, bagan haruslah :
1.      Dapat dimengerti anak;
2.      Sederhana dan lugas, tidak rumit atau berbelit-belit;
3.      Diganti pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap termasa ( up to date ) juga tak kehilangan daya tarik.

e.       Garfik (Graps)
Sebagai suatu media visual, grafik adalah suatu gambar yang sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar. Untuk melengkapinya sering kali simbol-simbol verbal digunakan pula disitu.
Fungsi grafik adalah untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan tau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas.
Sebagai media pendidikan grafik dapat dikatakan baik kalau memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1.      Jelas untuk dilihat seluruh kelas;
2.      Hanya menyajikan suatu ide setiap grafik;
3.      Ada jarak/ruang kosong antara kolom-kolom bagiannya;
4.      Warna yang digunakan kontras dan harmonis;
5.      Berjudul dan ringkas.
Ada beberapa macam grafik yang dapat kita gunakan diantaranya adalah grafik garis (line graphs), grafik batang (bargraphs), garafik lingkaran (circle atau pie graphs) dan grafik gambar (pictorial graphs).
f.       Kartun
Kartu sebagai salah satu bentuk komunikasi grafis adalah suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu.
g.      Poster
Poster tidak hanya penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tetapi dia mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi orang yang melihatnya.
Poster dapat dibuat di atas kertas, kain, batang kayu, seng, dan semacamnya. Pemasangannya bisa dikelas, di luar lelas, di pohon, di tepi jalan, dan di majalah. Ukurannya bermacam –macam, tergantung kebutuhan. Namun secara umu, poster yang baik hendaklah:
1.      Sederhana;
2.      Menyajikan satu ide dan untuk mencapai satu tujuan pokok;
3.      Berwarna;
4.      Slogannya ringkas dan jitu;
5.      Tulisannya jelas;
6.      Motif dan disain bervariasi.
h.      Peta dan Globe
Pada dasarnya peta dan globe berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi. Selain itu, kelebihan lain dari peta dan globe, dipakai sebagai media dalam kegiatan belajar mengajar adalah:
1.      Memungkinkan siswa mengerti posisi dari kesatuan politik, daerah, kepulauan, dan lain-lain;
2.      Merangsang minat siswa terhadap penduduk dan pengaruh-pengaruh geografis;
3.      Memungkinkan siswa memperoleh gambaran tentang imigrasi dan distribusi penduduk, tumbuh-tumbuhan, dan kehidupan hewan, serta bentuk bumi yang sebenarnya.
i.        Papan flanel/flanel board
Papan flanel adalah media grafis yang efektif sekali untuk menyajikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula. Papan berlapis kain flanel ini dapat dilipat sehingga praktis. Gambar-gambar yang disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah sehingga dapat dipakai berkali-kali.
j.        Papan buletin
Berbeda dengan papan flanel, papan buletin ini tidak dilapisi kain flanel tetapi langsung ditempel gambar-gambar atau tulisan-tulisan. Fungsinya selain menerangkan sesuatu, papan buletin dimaksudkan untuk memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu. (Arief S. Sadiman, dkk, 2006:28-48)

B.                 Media Visual proyeksi
Berkembangnya produk-produk tekhnologi informasi dan komunikasi, dan komputer dewasa ini, memungkinkan media visual pembelajaran dapat ditampilkan dengan alat proyeksi ( projektor ). Proyektor berfungsi untuk menampilkan objek-objek atau ilustrasi pada layar proyeksi atau layar monitor dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran yang sebenarnya. Sehingga mudah dilihat dan diamati oleh seluruh peserta didik dalam satu kegiatan pembelajaran.
Teknologi terbaru menyediakan program dan peralatan pendukung modern sehingga penyimpan gambar dan menampilkannya pada suatu bentuk digital atau analog, seperti pada power point. Penempatan secara digital mekanismenya termasuk CD ROM, CD Photo, camera digital, DVD dan scanner. Secara umum bentuk menengah dari penyimpanan ini untuk visual adalah Video Disc atau Laser Disc.
1.      Hasil potretan kamera
Media hasil potretan kamera dapat berupa foto dan atau film tak bersuara menggunakan kamera digital, dapat diproyeksikan melalui proyektor. Pada proses pembelajaran, foto-foto dan film tersebut diproyeksikan pada sebuah layar lebar di dalam ruangan atau dapat juga disiarkan secara jarak jauh melalui program televisi atau video conference.
2.      Hasil kreasi dengan program aplikasi
Media visual dalam bentuk gambar, data, diagram, dengan dan tanpa animasi dapat di buat dengan menggunakan berbagai program aplikasi komputer. Yang paling umum digunakan adalah power point berbasis mocrosoft office yang sangat cocok digunakan untuk membuat bahan presentasi dan pembelajaran untuk semua level pendidikan.



3.      Overhead Projector (OHP)
Ciri utama OHP adalah alat yang sederhana. Hal yang mendasar dari OHP adalah sebuah kontak dengan ruang tempat penghasil cahaya yang diatasnya terdapat permukaan datar tempat meletakkan transparansi.(Rayandra Ashar, 2011:65-69)
                                    
2.2. Karakteristik Media Audio
Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal ( ke dalam kata-kata/ bahasa lisan ) maupun non verbal. Ada beberapa jenis media dapat kita kelompokkan dalam media audio, antara lain radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.
a.       Radio
Sebagai suatu media, radio mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan media yang lain, yaitu :
1.      Harganya relatif murah dan variasi programnya banyak dari pada TV;
2.      Sifatnya mudah dipindahkan. Radio dapat dipindah-pindahkan dari satu ruang ke ruang lain dengan mudah;
3.      Jika digunakan bersama-sama dengan alat perekam radio bisa mengatasi problem jadwal karena program dapat direkam dan diputar lagi sesuka kita;
4.      Radio dapat mengembangkan daya imajinasi anak;
5.      Dapat merangsang partisipasi pendengar. Sambil mendengarkan siswa boleh menggambar, menulis, melihat peta, menyanyi ataupun menari;
6.      Radi dapat memusatkan perhatian siswa pada kata-kata yang digunakan, peda bunyi dan artinya. ( terutama ini amat berguna bagi program sastra/puisi);
7.      Siaran lewat suara terbukti amat tepat/cocok untuk mengajarkan musik, dan bahasa;
8.      Radio dapat mengerjakan hal-hal tertentu secara lebih baik.
b.      Alat Perekam Pita Magnetik
Alat perekam pita magnetik (magnetic tape recording) atau lazimnya orang menyebut tape recording adalah salah satu media pendidikan yang tak dapat di abaikan untuk menyampaikan informasi, karena mudah menggunakannya.
c.       Laboratorium Bahasa
Laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa mendengar dan berbicara bahasa asing dengan cara menyajikan materi pelajaran yang disediakan sebelumnya. Media yang dipakai adalah media perekam.
Dalam raboratorium bahasa, nurid duduk sendiri-sendiri di dalam kotak bilik akustik dan kotak suara. Siswa mendengar suara guru yang duduk diruang kontrol lewat headphone. Pada saat dia menirukan ucapan guru dia juga mendengar suaranya sendiri lewat headphonenya, sehingga dia bisa membandingkan ucapannya dengan ucapan guru. Dengan demikian dia bisa segera memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuatnya.(Arief S. Sadiman, 2006:49-55).
2.3. Karakteristik Media Audio-Visual
Media Pembelajaran menggunakan Teknologi audi-visual adalah suatu cara menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual, penyajian pengajaran secara audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses pembelajaran, seperti , mesin proyektor film, tape recorder, proyektor visual yang lebar. Karakteristik media ini adalah :
  • Bersifat linear
  • Menyajikan visual yang dinamis
  • Digunakan dengan cara yang telah ditentukan sebelumnya oleh perancang
  • Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau abstrak
  • Dikembangkan menurut prinsip psikologis behafiorisme dan kognitif
Berorientasi pada guru, pendekatan yang berorientasi pada guru atau lembaga adalah sistem pendidikan yang konvensional dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh para guru dan staf lembaga penndidikan. Dalam sistem ini guru mengkomunikasikan pengethuannya kepada siswa dalam bentuk pokok bahasan dalam beberapa macam bentuk silabus. Biasanya pembalajaran berlangsung dan selesai dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan metode mengajar yang dipakai tidak beragam bentuknya, biasanya menggunakan metode ceramah dengan pertemuan tatap muka (face to face).( http://www.bakharuddin.net/2012/07/karakteristik-media-pembelajaran.html)
Media ini dapat menampilkan unsur gambar (visual) dan suara (audio) secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media audio-visual terbagi dua macam, yakni; (1) audio visual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari dari satu sumber seperti video kaset; dan (2) audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsur suaranya berasal dari tape recorder.
Media video dapat diklasifikasikan sebagai media audio-visual. Walau bentuk fisiknya berbeda, media ini memiliki kesamaan dengan film, yakni sama-sama mampu menayangkan gambar bergerak. Media video merupakan rekaman gambar dan suara dalam kaset pita video ke dalam pita magnetik. Rekaman gambar dan suara dalam pita kaset video dapat ditayangkan ke dalam layar televisi dengan menggunakan perangkat keras bernama video tape recorder (VCR). Untuk dapat merekam gambar dab suara ke dalam pita video diperlukan beberapa peralatan, seperti kamera video, microphone, pita video, dan alat perekam yang disebut video cassette recorder serta alat penyunting gambar (editing machine/program).
Media video telah banyak digunakan untuk berbagai keperluan mulai dari hiburan, sampai bidang pendidikan dan pembelajaran. Media ini dapat mengungkapkan objek dan peristiwa seperti keadaan yang sesungguhnya. Perencanaan yang aik dalam menggunakan media video akan membuat proses komunikasi (pembelajaran) menjadi efektif.
Kalau dibandingkan dengan film, media video memiliki keunggulan, antara lain:
1.      Media video mampu dengan cepat menayangkan kembali gambar dan suara yang telah direkam ke dalam pesawat TV monitor;
2.      Pemakaian media video lebih disukai dari pada media film karenapengoprasian media film lebih rumit. Media film memerlukan ruangan gelap total agar penayangan gambar terlihat sempurna sedangkan media video tidak memerlukan ruangan yang gelap secara total.

2.4.  Karakteristik Media Multimedia
Istilah multimedia muncul pertama kali diawal 1990 melalui media masa. Istilah ini dipakai untuk menyatukan teknologi digital dan analog di bidang entertainment, publishing, communications, marketing, advertising, dan juga commercial. Multimedia merupakan penggabungan dua kata “multi” dan “media”. Multi berarti “banyak” sedangkan media atau bentuk jamaknya berarti medium.
Vaughan (2004) menjelaskan bahwa multimedia adalah sembarang kombinasi yang terdiri atas teks, seni grafik, bunyi, animasi, dan video yang diterima oleh pengguna melalui hardwere komputer. Sejlan dengan hal yang diatas, Heinich et al (2005) menyatakan bahwa multimedia merupakan penggabungan atau pengintegrasian dua atau lebih format media berpadu seperti teks, grafik, animasi, dan video untuk membentuk aturan informasi ke dalam sistem komputer (Supriatna,2007).
Sehingga multimedia dapat di devenisiskan menjadi dua kategori yaitu multimedia content production dan multimedi communication dengan devinisi sebagi berikut :
1.      Multimedia Content Production
Multimedia adalah penggunaan dan pemrosesan beberapa media (text, audio, graphics, animation, video, interacivity) yang berbeda untuk menyampaikan informasi atau menghasilkan produk multimedia (music, video, film, game, entertaiment, dll) atau penggunaan sejumlah teknologi yang berbeda yang memungkinkan untuk menggabungkan media  (text, audio, graphics, animation, video, interacivity) dengan cara yang baru untuk tujuan komunikasi. Dalam kateori ini media yang digunakan adalah: media teks, audio, video, animasi, graph/image, interactivity dan special effect.
2.      Multimedia communication
Multimedia adalah menggunakan media massa, seperti televisi, radio, cetak, dan internet, untuk mempublikasikan, menyiarkan, dan mengkomunikasikan.
Keuntungan penggunaan multimedia dalam pembelajaran diantaranya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep abstrak dengan lebih mudah, selain itu juga penggunaan media komputer dalam bentuk multimedia dapat memberikan kesan yang positif kepada guru karena dapat membantu guru menjelaskan isi pelajaran kepada pelajar, menghemat waktu dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. (Rayandra Ashar, 2011:73-76).

Sjahrir dalam "Perdjoeangan Kita"

Perjuangan Kita  atau  Perdjoeangan Kita  ( bahasa Belanda :  Onze Strijd ) adalah sebuah pamflet yang ditulis akhir Oktober 1945 oleh pemi...