BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan dan
pembelajaran adalah sebuah aktivitas yang akan berlangsung selamanya. Selama
keberlangsungannya itu pula, pendidikan dan pembelajaran harus melakukan
peningkatan di berbagai aspek karena tuntutan zaman dan kebutuhan peserta didik
yang berubah-ubah sekaligus selalu berkembang dari waktu ke waktu.
Peningkatan
pendidikan dan pembelajaran berangkat dari refleksi atas proses yang sedang dan
telah berlangsung. Tujuannya agar dapat membenahi kekurangan sekaligus meningkatkan
efektivitas, efisiensi, dan produktivitas pembelajaran guna mencapai kualitas
pendidikan yang lebih baik. Pembenahan tersebut membutuhkan hasil asesmen dan
evaluasi terhadap pembelajaran untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang
terjadi.
Asesmen dan
evaluasi pembelajaran dilakukan di semua aspek. Mulai dari penilaian terhadap
peserta didik, tenaga kependidikan, hingga sarana dan prasarana pembelajaran.
Berdasarkan urgensi asesmen dan evaluasi pembelajaran, setiap tenaga
kependidikan harus menguasai seluk beluk asesmen dan evaluasi meliputi teori,
prosedur, teknik, hingga instrumen.
Makalah ini
disusun untuk mempelajari prosedur dan teknik asesmen dan evaluasi. Pokok permasalahan
pertama yang dibahas adalah prosedur asesmen pembelajaran, permasalahan
selanjutnya adalah mengenai teknik asesmen pembelajaran. Berbagai teknik
asesmen yang dirangkum dari para ahli akan diulas. Rumusan selanjutnya akan
membahas prosedur evaluasi. Hal yang juga penting untuk dibahas adalah mengenai
posisi hasil belajar dan proses belajar mengajar sebagai objek pembelajaran.
Kedua unsur tersebut akan dibahas dalam dua rumusan masalah. Kemudian
dilanjutkan dengan teknik evaluasi pembelajaran dari para ahli. Sehingga
diharapkan makalah ini akan memberi pemahaman pada mahasiswa kependidikan
termasuk kami yang telah menyusunnya sebagai bekal untuk terjun dalam dunia
pendidikan.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Apakah
pengertian asesmen pembelajaran?
2) Bagaimanakah
prosedur asesmen pembelajaran?
3) Bagaimanakah
teknik asesmen pembelajaran?
4) Bagaimanakah
prosedur asesmen pembelajaran?
5) Bagaimanakah
posisi hasil belajar sebagai objek evaluasi pembelajaran?
6) Bagaimanakah
posisi proses belajar mengajar sebagai objek evaluasi pembelajaran?
7) Bagaimanakah
teknik asesmen pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Asessmen
Asessment merupakan istilah umum yang
didefinisikan sebagai sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi
yang digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa,
kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan, metode atau instrumen
pendidikan lainnya oleh suatu badan, lembaga, organisasi atau institusi resmi
yang menyelenggarakan suatu aktivitas tertentu. Dinyatakan
pula oleh Linn dan Gronlund bahwa assesment (Penilaian) adalah suatu istilah
umum yang meliputi prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
belajar siswa (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan format
penilaian kemajuan belajar.
Secara umum, assesment dapat diartikan
sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat
digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa, baik yang menyangkut
kurikulum, program pembelajaran sekolah, iklim sekolah, maupun
kebijakan-kebijakan sekolah. Dalam pelaksanaan assesment pembelajaran guru
dihadapkan pada 3 istilah yang sering dikacaukan pengertiannya atau bhkan
sering pula digunakan secara bersama, yaitu istilah pengukuran, penilaian, dan
tes.
1.Pengukuran. Secara
sederhana pengukuran bisa diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan
untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala, peristiwa atau benda, sehingga
hasil pengukuran akan selalu berupa angka.
2.Evaluasi. Adalah
proses pemberian makna atau ketetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara
membandingkan angka hsil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu.
3.Tes. Adalah
seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus
dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaan
terhadap cakupan materi.
B.
Prosedur
Assesment di Kelas
Prosedur
merupakan langkah yang dilalui guru atau pendidik dalam melakukan penilaian.
Prosedur penilaian yang dilakukan guru paling tidak akan mengarahkan proses
penilain yang lebih terarah dan teratur, sehingga tidak terkesan penilaian yang
hanya sekedar menggugurkan kewajiban melakukan penilaian, sementara nilai yang
diberikan kepada siswa sudah diseting lebih awal. Untuk bisa melakukan
penilaian yang baik terdapat beberapa urutan kerja yang harus dilakukan yaitu
sebagai berikut:
1.
Menjabarkan Kompetensi
Dasar ke dalam Indikator Pencapaian Hasil Belajar.
2.
Menetapkan Kriteria
Ketuntasan Setiap Indikator
3.
Pemetaan standar
kompetensi, Kompetensi Dasar,Indikator,Kriteria Ketuntasan,dan Aspek Penilaian
yang Terdapat pada Raport
4.
Pemetaan Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar,Indikator,Kriteria Ketuntasan,Aspek Penilaian dan
teknik penilaian.
5.
Penetapan Teknik
Penilaian
Banyak pemaknaan atau definisi tentang
assesment atau penilaian. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.20
Thn 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan (demikian juga pada Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Pendidikan), penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Hal ini
dinyatakan lebih tegas di dalam rancangan
Penilaian Hasil Belajar (Depdiknas, 2008) yang menyatakan bahwa
penilaian (assesment) adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi
yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Dari berbagai definisi tentang penilaian
(assesment) sebagai berikut: “penilaian adalah proses yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang keberhasilan belajar
peserta didik dan bermanfaat untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran”.
Dari berbagai definisi
diatas, terlihat bahwa ciri-ciri assesment antara lain:
1. Dilaksanakan
secara formal oleh para guru di sekolah
2. Merupakan
suatu proses atau upaya pengumpulan dan pengolahan informasi termasuk membuat
dokumentasi terkait hasil pembelajaran
3. Berkaitan
dengan evaluasi tentang seberapa positif minat peserta didik terhadap sekolah,
serta evaluasi terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak di sekolah.
Lebih lanjut, Marie
Baehr seorang ahli evaluasi pendidikan dari Coe College, bersama Steven W.
Beyerlein dari jurusan teknik Mesin University of Idaho, dalam publikasi mereka
berjudul Overview of Assesment (2003) menyatakan bahwa fungsi assesment adalah
memandu menuju pada perbaikan pembelajaran terus menerus. Baehr dan Beyerlein
juga menyatakan bahwa assesment yang berkualitas harus memenuhi prinsip-prinsip
sbb:
1. Berfokus
pada perbaikan, bukan pertimbangan
2. Befokus
pada kinerja, bukan yang mengerjakan (performer)
3. Suatu
proses yang dapat memperbaiki setiap tataran kinerja siswa.
4. Umpan
baliknya bergantung kapada kedua belah pihak, baik kepada asesor maupun kepada
siswa yang dinilai
5. Perbaikan
yang dilandasi oleh umpan balik dari assesment adalah lebih efektif jika siswa
yang dinilai memerlukan penilaian tersebut.
6. Memerlukan
kesepakatan mengenai kriteria penilaian
7. Memerlukan
analisis dari hasil observasi
8. Umpan
balik assesment hanya diterima jika ada saling percaya dan saling menghargai
antara asesor dan siswa yang dinilai
9. Hanya
digunakan jika ada kesempatan yang baik bagi adanya perbaikan
10. Hanya
efektif jika siswa yang dinilai menggunakan umpan balik dari asesor.
C.
Teknik
dan Instrumen Asesmen
Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar pendidikan menegaskan bahwa pendidikan
nasional harus memenuhi standar nasional pendidikan. Adapun standar nasional
yang dimaksudkan meliputi, (a) tenaga kependidikan, (b) standar sarana dan
prasarana, (c) standar penilaian pendidikan. Pada standar penilaian pendidikan,
juga harus memenuhi kriteria dalam asesmen, pengukuran dan penilaian hasil yang
menjadi acuan evaluasi pendidikan. Asesmen yang digunakan juga harus meliputi
proses kinerja siswa dalam proses belajar yang dilakukan.
Banyak pengertian
asesmen yang bisa didapat. Menurut Nurhadi (2009:62), asessment adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa mem- berikan gambaran perkembangan belajar
siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Assessment
menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari
kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.
Bentuk pengembangan
yang dilakukan adalah pengembangan instrumen asesmen yang disajikan dalam
bentuk pedoman/petunjuk pelaksanaan dalam memperoleh bukti serta kolom proses
capaian belajar siswa. Jenis penelitian yang sesuai diaplikasikan adalah
penelitian pengembangan. Hasil pengembangan didefinisikan sesuai dengan data
uji kelayakan sehingga menggambarkan kualitas produk pengembangan yang
sebenarnya.
Menurut Sumarno (2011) ada tujuh ragam teknik yang dapat digunakan,
yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian
proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
1.
Penilaian unjuk kerja
Penilaian
unjuk kerja (Performance assessment atau performance-based assessment)
penilaian yang digunakan untuk mengetahui apa
yang siswa ketahui dan apa yang mereka lakukan dengan memberikan tugas yang
bermakna, autentik, dan dapat mengukur penguasaan siswa sehingga dapat
digunakan untuk memberikan umpan balik bagi siswa serta untuk dijadikan sebagai
bukti oleh orang tua akan kemajuan anaknya (Kusrini, 2002:2).
Hibbard mengungkapkan bahwa peniaian
kinerja adalah suatu system penilaian hasil belajar yang digunakan untuk
kualitas hasil belajar siswa dalam menyelesaiakan suatu tugas. Lanjut lagi
dijelaskan bahwa tugas yang dimaksud adalah tugas kinerja yang menghendaki
adanya beberapa hal, diantaranya: (1) Penerapan konsep-konsep dan informasi
penunjang penting, (2) Budaya kerja yang penting bagi studi atau kerja ilmiah,
dan (3)Penampakan ketidakbutaan ilmiah (Muhammad, 2001:1).
Penilaian
unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Langkah-langkah
kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari
suatu kompetensi.
b. Kelengkapan
dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
c. Kemampuan-kemampuan
khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
d. Upayakan
kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati.
e. Kemampuan
yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan.
Langkah
Penilaian Kinerja:
1) Mengidentifikasi
langkah penting yang mempengaruhi output
2) Menuliskan
prilaku kemampuan spesifik
3) Membuat
kriteria kemampuan yang akan diukur
4) Mendefinisikan kriteria kemampuan
5) Mengurutkan kriteria kemampuan
6) Membandingkan dengan kriteria sebelumnya.
Pengamatan unjuk
kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat
pencapaian kemampuan tertentu.Untuk menilai kemampuan lompat jauh peserta
didik, misalnya dilakukan pengamatan atau observasi yang beragam, seperti
teknik mengambil awalan, teknik tumpuan, sikap/posisi tubuh saat di udara, dan
teknik mendarat. Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik akan lebih
utuh. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau
instrument berikut:
·
Daftar Cek (Check-list)
Penilaian unjuk kerja
dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak).Penilaian unjuk kerja
menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan
kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai.Jika tidak dapat diamati,
peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya
mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat
diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih
praktis digunakan mengamati mengamati subjek dalam jumlah besar. Contoh:
No.
|
Aspek
yang dinilai
|
baik
|
Tidak
baik
|
1
|
|||
2
|
|||
3
|
|||
Skor
yang dicapai
|
|||
Skor
maksimum
|
·
Skala penilaian (Rating
scale)
Penilaian unjuk kerja
yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah
terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum
dimana kategori nilai lebih dari dua.Skala penilaian terentang dari tidak
sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup
kompeten, 3 = kompeten, dan 4 = sangat kompeten.
2.
Penilaian sikap
Penilaian sikap merupakan penilaian
terhadap sikap peserta didik. Secara umum objek sikap yang perlu dinilai dalam
proses pembelajaran berbagai mata pelajaran sebagai berikut:
a)
Sikap
terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap
mata pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan
berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih
mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
b) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu
memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik
yangtidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan
hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap
negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang
diajarkan oleh guru tersebut.
c) Sikap
terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup
suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang
digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil
belajar yang maksimal.
d)
Sikap berkaitan dengan
nilai atau norma yang berhubungan dengan materi pelajaran.Misalnya, masalah
lingkupan hidup (materi Biologi atau Geografi). Peserta didik perlu memiliki
sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus
lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap
program perlindungan satwa liar.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik.
Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung,
dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan
sebagai berikut:
·
Observasi
perilaku
Perilaku
seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal.
Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya
yang senang kepada kopi.oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi
terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai
umpan balik dalam pembinaan. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan
dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan
dengan peserta didik selama di sekolah.
·
Pertanyaan
langsung
Kita
juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang berkaitan dengan
sesuatu hal.Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik kebijakan yang baru
diberlakukan di sekolah mengenai peningkatan ketertiban. Berdasarkan
jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap
peserta didik itu terhadap objek sikap.
·
Laporan
pribadi
Teknik
ini meminta peserta didik membuat ulaasan yang berisi pandangan atau
tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan atau hal yang menjadi objek sikap.
Misalnya, peserta didik diminta menulis pendangannya tentang kerusuhan
antaretnis yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat
peserta didik dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.
Contoh format
penilaian sikap:
No.
|
Nama
|
Perilaku
|
Nilai
|
Ket
|
|||
Bekerja sama
|
Berinisiatif
|
Penuh perhatian
|
Bekerja sistematis
|
||||
3.
Penilaian tertulis
Penilaian tertulis
merupakan penilaian dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik
dalam bentuk tulisan.Ada dua bentuk
soal tes tertulis, yaitu:
·
Soal dengan memilih
jawaban, mencakup: pilihan ganda, dua pilihan (salah-benar), dan menjodohkan.
·
Soal dengan mensuplai
jawaban, mencakup: isian atau melengkapi, uraian terbatas, dan uraian.
Penyusunan
instrumen penilaian tertulis perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
a) Materi,
misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian
kompetensi pada kurikulum tingkat satuan pendidikan.
b) Konstruksi,
misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
c) Bahasa,
misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda.
d)
Kaidah penulisan, harus
berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal
pilihan.
4.
Penilaian
proyek
Penilaian proyek
merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian
proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata
pelajaran tertentu secara jelas. Ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan dalam
penilaian proyek, yaitu:
·
Kemampuan
pengelolaan
Kemampuan peserta
didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan
data serta penulisan laporan.
·
Relevansi
Kesesuaian dengan
mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan dalam pembelajaran.
·
Keaslian
Proyek yang
dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan
kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
Penilaian proyek
dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai akhir proyek.Untuk
itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti
penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapan laporan
tertulis.Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian
berupa daftar cek ataupun skala penilaian. Contoh format penilaian proyek:
No.
|
Aspek
|
Skor
(1-5)
|
1
|
Perencanaan:
a. Persiapan
b. Rumusan
judul
|
|
2
|
Pelaksanaan:
a. Sistematika
penulisan
b. Keakuratan
data
c. Analisis
data
d. Kesimpulan
|
|
3
|
Laporan
proyek:
a. Performance
b. Penguasaan
materi
|
|
Total skor
|
5.
Penilaian
produk
Penilaian produk adalah penilaian
terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi
penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni,
seperti: makanan, hasil karya seni(patung, lukisan, gambar), barang-barang
terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3
tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian, yaitu:
a) Tahap
persiapan
Pada tahap persiapan
siswa membuat rencana, mengumpulkan gagasan, dan kemudian membuat desain (rancangan)
produk apa yang akan dibuat. Guru memberi saran-saran untuk melengkapi gagasan
atau meyempurnakan desain. Pada akhir tahap ini guru melakukan penilaian
tentang kemampuan siswa merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan,
serta mendesain produk.
b) Tahap
pembuatan produk (proses)
Pada tahap ini siswa
memilih dan menggunakan bahan, alat, dan teknik yang sesuai dengan desain yang
telah disusun.Dalam proses
pembuatan dimungkinkan siswa membutuhkan bantuan berupa saran-saran dari guru.
Pada akhir tahap ini guru melakukan penilaian tentang kemampuan siswa
menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
c) Tahap
penilaian produk (appraisal)
Pada tahap ini siswa
menyajikan produk atau memamerkannya kepada komunitas sekolah disertai uraian
tertulis mengenai seluk-beluk produk tersebut, seperti maksud, ciri-ciri,
proses perancangan dan pembuatan, dll. Pada akhir tahap ini guru melakukan
penilaian tentang kemampuan siswa membuat produk sesuai kegunaan dan memenuhi
kriteria yang telah disepakati.
Teknik penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik maupun analitik.
·
Cara
holistik
Holistik adalah
saduran kata dari bahasa Inggris yaitu “Holistic” yang menekankan pentingnya
keseluruhan dan saling keterkaitan dari bagian-bagiannya. Jadi, teknik
penilaian ini berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan
hanya pada tahap penilaian produk (appraisal).
·
Cara
analitik
Teknik penilaiannya
berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang
terdapat pada semua tahap proses pengembangan (tahap: persiapan, pembuatan
produk, penilaian produk).
6.
Penilaian
portofolio
Menurut Popham
(1994) dalam Sumarno (2011) penilaian portofolio merupakan penilaian secara
berkesinambungan dengan metode pengumpulan informasi atau data secara sistematik
atas hasil pekerjaan peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Dalam sistem
penilaian portofolio guru membuat file untuk masing-masing peserta didik yang
berisi kumpulan sistematis atas hasil prestasi belajar mereka selam mengikuti
proses pendidikan.
Dalam file
portofolio guru mengumpulkan bukti fisik dan catatan prestasi siswa, seperti
hasil ulangan, hasil tugas mandiri, serta hasil praktikum. Selain prestasi
akademik isi file juga dapat dielaborasi dengan lembar catatan prestasi
non-akademik, yakni rekaman profile peserta didik meliputi aspek kerajinan,
kerapihan, ketertiban, kejujuran, kemampuan bekerjasama, sikap, solidaritas,
toleransi, kedisiplinan, prestasi olah raga, kesenian, kepramukaan dan
lain-lain.
Data yang terkumpul
dari waktuke waktu ini kemudian digunakan oleh guru untuk menilai dan melihat
perkembangan kemampuan prestasi akademik siswa dalam periode tersebut. File
portofolio sekaligus akan memberikan umpan balik (feed back) baik kepada guru maupun kepada peserta didik. Bagi guru,
file yang berisi prestasi siswa ini akan memberikan masukan (input) untuk penilaian proses, terutama
dalam memperbaiki strategi, metode, dan manajemen pembelajaran di kelas.
Melalui analisa file portofolio, guru dapat mengetahui potensi, karakter,
kelebihan, dan kekurangan siswa. Bagi siswa, file ini dapat menjadi dasar
pijakan untuk mengoreksi dan memperbaiki kelemahan, serta kekurangannya dalam
proses pembelajaran maupun penguasaannya tentang suatu pokok bahasan atau
materi pelajaran tertentu. Penilaian portofolio memiliki beberapa fungsi, antara
lain:
a)
Sebagai
sumber informasi bagi guru dan orang tua untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan kemampuan peseta didik, tanggung jawab dalam belajar, perluasan
dimensi belajar, dan pembaharuan proses pembelajaran.
b) Sebagai
alat penilaian otentik (authentic assesment)
c) Sebagai
sumber informasi bagi siswa untuk melakukan self-assesment.
Depdiknas (2003)
dalam Arifin (2010) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan penilaian portofolio
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1)
Karya
siswa adalah benar karya peserta didik itu sendiri.
2)
Saling
percaya antara guru dan peserta didik (mutual
trust).
Artinya
jangan ada saling mencurigai antara guru dengan siswa maupun siswa dengan
siswa. Mereka harus sama-sama saling percaya, saling membutuhkan, saling
membantu, jujur, terbuka, dan adil, sehingga dapat membangun suasana penilaian
yang kondusif.
3)
Kerahasiaan
bersama antara guru dan peserta didik (confidentiality).
Artinya
semua hasil pekerjaan peserta didik dan dokumen yang ada baik perorangan maupun
kelompok harus dijaga kerahasiaannya, tidak boleh diberikan atau diperlihatkan
kepada siapapun sebelum diadakan pameran. Hal ini dimaksudkan agar peserta
didik yang mempunyai kelemahan tidak merasa dipermalukan.
4) Milik
bersama antara guru dan peserta didik (joint
ownership).
Artinya semua hasil
pekerjaan peserta didik dan dokumen yang ada harus menjadi milik bersama antara
guru dan peserta didik.Karena itu harus dijaga bersama, baik penyimpanannya
maupun penempatannya.
5)
Kepuasan
(satisfaction).
Artinya
semua dokumen dalam rangka pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator harus dapat memuaskan semua pihak, baik guru maupun siswa. Karena
dokumen tersebut merupakan bukti karya terbaik peserta didik sebagai hasil
pembinaan guru.
6)
Kesesuaian
(relevance).
Artinya dokumen yang
ada harus sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
7)
Penilaian
proses dan hasil.
Artinya
penilaian portofolio harus menilai proses belajar peserta didik, seperti
catatan harian perilaku, sikap belajar, antusias atau tidaknya dalam mengikuti
pelajaran dan sebagainya. Penilaian portofolio juga harus menilai hasil akhir
tugas yang diberikan oleh guru.
Teknik penilaian portofolio memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a)
Penjelasan
bahwa portofolio tidak hanya digunakan oleh guru.
b)
Tentukan
bersama sampel portofolio yang akan dibuat.
c)
Pengumpulan
karya-karya peserta didik.
d)
Pemberian
tanggal dan keterangan pada setiap karya.
e)
Bersama
peserta didik menentukan kriteria dan bobot penilaian.
f)
Meminta
dan memimbing peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.
g)
Jika
nilai belum memuaskan peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaikinya.
h) Jadwalkan
pertemuan untuk membahas portofolio.
Menurut Cole, dkk. (1995) dalam Arifin (2010) penilaian portofolio dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1)
Portofolio
proses
Portofolio
proses menunjukkan tahapan belajar dan menyajikan catatan perkembangan peserta
didik dari waktu ke waktu. Portofolio proses menunjukkan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang
dituntut oleh kurikulum, serta menunjukkan semua hasil dari awal sampai dengan
akhir dalam kurun waktu tertentu. Portofolio ini lebih menekankan pada
bagaimana peserta didik belajar dan berkreasi.
Salah satu bentuk
portofolio proses adalah portofolio kerja (working
portofolio) yaitu bentuk yang digunakan untuk memantau kemajuan dan menilai
peserta didik dalam mengelola kegiatan belajar mereka sendiri. Peserta didik
mengumpulkan semua hasil kerja termasuk coretan-coretan (sketsa), buram,
catatan, kumpulan untuk rangsangan, buram setengah jadi, dan pekerjaan yang
sudah selesai.portofolio kerja bermanfaat untuk memberikan informasi bagaimana
peserta didik mengorganisasikan dan mengelola kerja, merefleksi dari
pencapaiannya, dan menetapkan tujuan dan arahan.
2)
Portofolio
produk
Portofolio
produk yaitu bentuk penilaian portofolio yang hanya menekankan pada penguasaan
materi dari tugas yang dituntut daalam standar kompetensi, kompetensi dasar,
dan sekumpulan indikator pencapaian hasil belajar serta hanya menunjukkan evidence yang baik , tanpa memperhatikan
kapan dan bagaimana evidence itu
diperoleh. Contoh portofolio produk adalah portofolio tampilan (show portfolio) dan portofolio
dokumentasi (documentary portfolio).
·
Portofolio
tampilan
Portofolio
bentuk ini merupakan sekumpulan hasil karya peserta didik atau dokumen
terseleksi yang dipersiapkan untuk ditampilkan kepada umum. Misalnya,
mempertanggungjawabkan suatu proyek, menyelenggarakan pameran, atau
mempertahankan suatu konsep.
·
Portofolio
dokumentasi
Portofolio
dokumen menyediakan informasi produk yang dihasilkan oleh peserta didik.
7.
Penilaian
diri
Penilaian
diri (self assessment) adalah suatu
teknik penilaian, di mana subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai
dirinya sendiri berkaitan dengan, status,
proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata
pelajaran tertentu.
Teknik
penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan
dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran
di kelas, berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik dapat
diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai
hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan
yang telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi afektif, misalnya, peserta
didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya
terhadap suatu objek sikap tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk
melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Berkaitan dengan kompetensi psikomotorik,
peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan
yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar berdasarkan kriteria atau acuan
yang telah disiapkan.
Penggunaan
teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian
seseorang. Keuntungan penggunaan teknik ini dalam penilaian di kelas antara
lain sebagai berikut.
·
Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena
mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
·
Peserta
didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan
penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya;
·
Dapat
mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena
mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Langkah-langkah
penilaian diri:
a)
Menentukan
kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
b) Menentukan
kriteria penilaian yang akan digunakan.
c) Merumuskan
format penilaian, dapat berupa penskoran, daftar tanda cek atau skala
penilaian.
d)
Meminta
peserta didik melakukan penilaian diri.
e)
Guru
mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik
supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
f)
Menyampaikan
umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap hasil
penilaian yang diambil secara acak.
D.
Pengertian
dan Prosedur Evaluasi
Evaluasi
diartikan Witherington (dalam Arifin, 2012: 5) sebagai “an evaluation si a declaration that something has or doesnt habe
value.”. Wand dan Brown (dalam Arifin, 2012: 5) menulis bahwa evaluasi
adalah”... refer to the act or process to
determining the value of something.”. Guba dan Lincoln dikutip dalam buku
yang sama menambahkan evaluasi sebagai “a
process for describing an evaluand and judging its merit and worth.”. Berdasarkan
teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah serangkaian
prosedur tertentu yang dilakukan untuk menemukan nilai dari suatu proses atau
benda sekaligus menemukan maknanya.
Evaluasi
memiliki prosedur-prosedur yang harus ditaati ketika diaplikasikan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Berikut ini adalah prosedur pelaksanaan
evaluasi diambil dari Arifin (2012: 88-114):
a.
Perencanaan evaluasi
Popham (dalam
Arifin, 2012:88) mengatakan bahwa maksud perencanaan evaluasi adalah “to facilitate gathering data, thereby
making possible valid statements about the effect or out comes of the program,
practice, or policy under study”. Perencanaan evaluasi memiliki sub
langkah-langkah di dalamnya yang dijabarkan sebagai berikut:
1) Menentukan
tujuan evaluasi
Tujuan
evaluasi harus ditentukan sejak awal dan diperinci dengan sangat jelas. Hal
tersebut penting dilakukan karena tujuan evaluasi akan menentukan arah, ruang
lingkup materi, jenis/model, dan karakter alat penilaian. Penilaian memiliki
beberapa tujuan yakni memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran (formatif),
menentukan keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran (sumatif),
untuk mengidentifikasi kesulitan peserta belajar selama pembelajaran
(diagnostik), atau untuk penempatan peserta didik sesuai kemampuannya
(placement). Rumusan tujuan penilaian nantinya akan merujuk pada objek yang dinilai.
Bloom Taxonomy yang akan dibahas pada
sub selanjutnya menunjukkan beberapa macam objek penilaian.
2) Mengidentifikasi
kompetensi dan hasil belajar
Guru
harus menentukan kompetensi dan hasil belajar apa yang akan dinilai dari siswa.
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Guru harus memerinci
setiap kompetensi dan hasil belajar yang akan dinilai sehingga dapat berfungsi
sebagai rujukan penyusunan kisi-kisi dan pengembangan instrumen penilaian.
3) Menyusun
kisi-kisi
Penyusunan
kisi-kisi dimaksudkan agar materi penilaian benar-benar representatif dan
relevan dengan materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru pada peserta
didik. Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item
untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu.
Kisi-kisi berisi hasil analisis silabus dan indikator beserta kesesuaian
materi. Fungsinya sebagai pedoman untuk menulis soal atau merakit soal menjadi
perangkat tes dalam evaluasi. Langkah-langkah penyusunan kisi-kisi adalah
sebagai berikut: (1) analisis silabus, (2) menyusun kisi-kisi, (3) membuat
soal, (4) menyusun lembar jawaban, (5) membuat kunci jawaban, (6) menyusun
pedoman penskoran. Kisi-kisi terdiri dari dua komponen yakni komponen identitas
dan komponen matriks. Bentuk kisi-kisi tidak
baku. Ada banyak pengembangan yang dilakukan oleh setiap MGMP, sekolah,
atau para ahli. Indikator yang disusun harus memiliki kata kerja operasional
agar bisa diukur. Soal tes dengan tujuan sumatif akan lebih banyak memuat
penilaian terhadap kemampuan kognitif seperti pada umumnya yang berkembang di
sekolah.
4) Mengembangkan
draf instrumen
Draf
instrumen disesuaikan dengan teknik penilaian yang dipilih. Teknik tes akan
menuntut tersedianya draf instrumen berupa soal-soal tes yang harus dikerjakan
siswa baik dalam bentuk soal pilihan ganda, benar-salah, maupun esai. Teknik
non tes akan membutuhkan pengembangan draf instrumen dalam bentuk pedoman
wawancara, tabel pengamatan atau observasi, sosiometrik, dsb. Teknik-teknik dan
macam instrumen pendukung penilaian akan dijelaskan pada sub selanjutnya.
5) Uji
coba dan analisis soal (instrumen)
Soal
atau instrumen yang telah dikembangkan pada langkah sebelumnya harus lebih dulu
di uji coba dan dianalisis tingkat reliabilitas dan validitasnya sebelum
digunakan untuk menilai siswa. Tujuannya adalah untuk menyaring soal-soal
dengan reliabilitas dan validitas dan memisahkannya dengan soal atau poin yang
tidak reliabel maupun valid. Reliabilitas dan validitas termasuk dalam analisis
empiris. Analisis empiris memiliki beberapa poin lain yang harus diperhatikan
seperti tingkat kesukaran, aspek keterbacaan (kejelasan soal), bentuk jawaban,
daya pembeda soal, pengaruh kultur dsb. Selain analisis empiris, ada analisis
rasional. Analisis rasional adalah analisis terhadap konten soal.
6) Revisi
dan menyusun soal baru
Jika
sudah melewati tahap uji coba dan analisis soal, poin-poin instrumen yang telah
diseleksi akan mengalami proses revisi. Soal-soal yang tidak lulus uji coba dan
analisis reliabilitas serta validitasnya akan dihapus dan digantikan dengan
soal baru, sementara soal-soal atau poin-poin yang memiliki kelemahan pada
aspek empiris dan rasional yang lain akan mengalami revisi.
b.
Pelaksanaan evaluasi
Pelaksanaan
evaluasi pada tataran pengumpulan data diharapkan memperoleh data-data peserta
didik yang dibutuhkan dengan klasifikasi data sebagai berikut:
1) Data
pribadi
2) Data
tentang kesehatan peserta didik
3) Data
tentang prestasi belajar peserta didik
4) Data
tentang sikap
5) Data
tentang bakat
6) Data
tentang kemampuan penyesuaian dan persoalan penyesuaian yang dialami
7) Data
tentang minat
8) Data
tentang rancangan masa depan
9) Data
tentang latar belakang keluarga dan lingkungan.
c.
Monitoring pelaksanaan
evaluasi
Langkah
monitoring dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan evaluasi telah sesuai
dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Monitoring tidak hanya bertujuan
untuk memperbaiki pelaksanaan evaluasi di kemudian hari tapi juga meningkatkan
efektivitas dan efisiensi evaluasi. Monitoring memiliki dua fungsi pokok.
Fungsi pertama adalah untuk melihat relevansi pelaksanaan evaluasi dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Fungsi kedua adalah untuk mencatat segala
hal yang terjadi selama evaluasi untuk kemudian dicari faktor penyebab
munculnya hal tersebut.
Monitoring
evaluasi dapat dilaksanakan dengan tiga teknik yakni observasi, wawancara, dan
studi dokumentasi. Ketiga teknik di atas diharapkan dapat memenuhi analisis
monitoring terhadap evaluasi yang dilakukan sehingga dapat diputuskan perbaikan
yang akan dilakukan pada evaluasi selanjutnya.
d.
Pengolahan data
Data yang
diperoleh selama penilaian dapat dikelompokkan sebagai data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif perlu dianalisis dengan metode kualitatif. Metode
yang bisa digunakan salah satunya adalah reduce-display-conclusion.
Data kuantitatif dianalisis dengan metode kuantitatif melalui penggunaan
statistik. Data-data angka tersebut dihitung dengan rumus-rumus tertentu
disajikan menjadi paparan data statistik yang mudah untuk dibaca. Terdapat
empat langkah pokok dalam mengolah hasil penilaian: (1) penskoran, (2) konversi
skor mentah menjadi skor standar sesuai dengan acuan tertentu, (3) konversi
dalam bentuk nilai huruf atau angka, (4) menganalisis soal jika diperlukan.
Data yang telah
diolah kemudian ditafsirkan sesuai kebutuhan. Terdapat dua jenis penafsiran
data yakni penafsiran kelompok dan penafsiran individual.
1) Penafsiran
kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik
kelompok berdasarkan data hasil evaluasi. Tujuan utamanya adalah guna
mengetahui sifat-sifat pada kelompok tertentu dan membandingkan antar kelompok.
2) Penafsiran
individual adalah penafsiran yang dilakukan untuk melihat perkembangan
perseorangan peserta didik.
e.
Pelaporan hasil
evaluasi
Terdapat dua
jenis laporan hasil evaluasi:
1) Laporan
prestasi matapelajaran adalah laporan yang berisi informasi tentang pencapaian
kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Prestasi belajar
peserta didik akan disampaikan dalam bentuk angka.
2) Laporan
pencapaian merupakan laporan yang menggambarkan kualitas pribadi peserta didik
sebagai internalisasi dan kristalisasi setelah peserta didik belajar melalui
berbagai kegiatan, baik intra maupun ekstra kulikuler dalam jangka waktu
tertentu.
f.
Penggunaan hasil
evaluasi
Remmer (dalam
Arifin, 2012: 114) mengatakan “we discuss
here the use of test results to help stidents understand themselves better,
explain pupil growth and development to parents and assist the teacher in
planning instruction.”. Sederhananya, hasil evaluasi dapat digunakan siswa
untuk memahami dirinya sendiri dan membantu orang tua serta guru untuk ikut
serta merencanakan lingkungan belajar dengan memahami pertumbuhan dan
perkembangan siswa. Berikut ini adalah kegunaan hasil evaluasi:
1) Untuk
keperluan laporan pertanggung jawaban
2) Untuk
keperluan seleksi
3) Untuk
keperluan promosi
4) Untuk
keperluan diagnosis
5) Untuk
merencanakan kelanjutan belajar dan karir peserta didik.
E.
Hasil
Belajar Sebagai Objek Evaluasi
Objek evaluasi
adalah hasil belajar siswa. Segala bentuk pencapaian siswa setelah melewati
berbagai pembelajaran adalah bahan penilaian. Hasil belajar tersebut terbagi
menjadi beberapa ranah. Kingsley (dalam Sudjana, 1991: 22) membagi hasil
belajar menjadi: (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan
pengertian, (3) sikap dan cita-cita. Gagne membagi hasil belajar menjadi lima
yakni (1) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (3) strategi
kognitif, (4) sikap, dan (5) keterampilan motorik. Pendidikan nasional
Indonesia menggunakan pembagian berupa domain kognitif, psikomotor, dan afektif
dari beberapa ahli.
1) Domain
kognitif. Taksonomi dalam domain ini dilakukan oleh Bloom (Sukardi, 2011: 75).
Domain kognitif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan
perkembangannya dari persepsi, introspeksi, atau memori siswa (Good (1976)
dalam Sukardi, 2011: 75). Berikut ini adalah tabel taksonomi kognitif Bloom:
Tingkatan
|
Verb (kata kerja)
|
Cara menilai
(berdasarkan Sudjana, 1991: 23)
|
Knowledge(pengetahuan)
|
Identifikasi,
spesifikasi, menyatakan
|
Tes item hafalan
|
Comprehension(pemahaman)
|
Menerangkan,
menyatakan kembali, menerjemahkan
|
Tes item pemahaman
|
Application(penerapan)
|
Menggunakan,
memecahkan, menerapkan
|
Tes aplikasi dengan
kompetensi
|
Analysis(analisis)
|
Menganalisis,
membandingkan, mengontraskan
|
Tes kecakapan
analisis dengan kompetensi
|
Synthesis(sintesis)
|
Merancang,
mengembangkan, merencanakan
|
Tes kecakapan
sintesis
|
Evaluation(evaluasi)
|
Menilai, mengukur,
memutuskan
|
Tes kecakapan
evaluasi
|
Tes pemahaman
yang disusun harus didasarkan pada pembagian tingkatan pemahaman. Tingkatan
pemahaman terdiri dari tiga tingkat yakni tingkat pemahaman terjemahan, tingkat
pemahaman penafsiran, dan tingkat pemahaman ekstrapolasi. Pemahaman terjemahan
adalah saat peserta didik mampu menjelaskan makna dari suatu objek atau
mengaplikasikan prinsip pada satu objek saja. Pemahaman penafsiran menuntut
siswa untuk mampu menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui
berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik kejadian, misalnya
dengan memahami bahwa satu hal yang dipelajari sebelumnya adalah syarat sebelum
mempelajari objek setelahnya karena adanya hubungan sebab akibat. Pemahaman
ekstrapolasi adalah pemahaman di tingkatan tertinggi. Pemahaman ini menuntut
peserta didik untuk dapat menghubungkan teori yang diterima dengan kondisi
kekinian bahkan memperkirakan kondisi masa depan dengan teori yang ada
sekaligus membuat jembatan antar kasus (Sudjana, 1991: 24).
Penyusunan tes
aplikasi harus memperhatikan delapan aspek. Delapan aspek tersebut (Sudjana,
1991: 26-27) adalah sebagai berikut:
a. Dapat
menentukan prinsip atau generalisasi yang sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi.
b. Dapat
menyusun kembali permasalahan yang akan dipecahkan dan menentukan
keterkaitannya dengan prinsip atau generalisasi yang sesuai.
c. Dapat
memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi.
d. Dapat
mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip atau generalisasi.
e. Dapat
menjelaskansuatu gejala baru berdasarkan prinsip atau generalisasi tertentu
melalui pertanyaan sebab akibat atau proses terjadinya suatu objek.
f. Dapat
meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan pola prinsip atau generalisasi
yang dipelajari.
g. Dapat
menentukan tindakan atau keputusan tertentu dalam menghadapi situasi baru
dengan menggunakan prinsip atau generalisasi yang relevan.
h. Dapat
menjelaskan alasan penggunaan prinsip atau generalisasi pada situasi baru yang
dihadapi.
Penyusunan tes
kecakapan analisis perlu didasarkan pada berbagai kecakapan yang termasuk dalam
klasifikasi analisis (Sudjana, 1991: 27). Kecakapan tersebut adalah:
a. Dapat
mengklasifikasikan kata-kata, frasa-frasa, atau pertanyaan-pertanyaan dengan
menggunakan kriteria analitik tertentu.
b. Dapat
meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas.
c. Dapat
meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang perlu ada
berdasarkan kriteria dan hubungan materinya.
d. Dapat
mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan menggunakan kriteria
seperti relevansi, sebab akibat, dan peruntutan.
e. Dapat
mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi, dan pola-pola materi yang
dihadapinya.
f. Dapat
meramalkan sudut pandang, kerangka acuan, dan tujuan materi yang dihadapinya.
Tes kecakapan
sintesis harus memperhatikan klasifikasi kemampuan sintesis yang terbagi
menjadi tiga tingkatan. Tingkat pertama adalah kemampuan menemukan hubungan
yang unik. Artinya menemukan hubungan antar unit tanpa merubah jumlah unit.
Contoh kemampuan tingkat pertama adalah kemampuan mengomunikasikan gagasan,
perasaan, dan pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar, simbol ilmiah dan yang
lainnya. Tingkat kedua adalah kemampuan menyusun rencana atau langkah-langkah
operasi dari suatu tugas atau problem yang diangkat. Tingkat ketiga adalah
kemampuan mengabstraksikan sejumlah besar gejala, data, dan hasil observasi
menjadi terarah, proporsional, hipotesis, skema, model, atau bentuk-bentuk lain
(Sudjana, 1991: 28).
Tes kecakapan
evaluasi didasarkan pada pembagian enam tipe kemampuan evaluasi (Sudjana, 1991:
29) sebagai berikut:
a. Dapat
memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen.
b. Dapat
memberikan evaluasi satu sama lain antara asumsi, eviden, dan konklusi, juga
keajegan logika dan organisasinya. Seseorang akan mengenali keterpaduan dalam
suatu objek pada tingkat ini.
c. Dapat
memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai orang dalam mengambil suatu
keputusan.
d. Dapat
mengevaluasi suatu karya dengan membandingkannya dengan karya lain yang relevan.
e. Dapat
memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan sejumlah kriteria yang
eksplisit.
2) Domain
afektif
Domain afektif
merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan pada pengembangan
aspek-aspek perasaan dan emosi (Good dalam Sukardi, 2011: 75). Ranah
pengetahuan afektif berkembang tidak hanya pada aspek perasaan dan emosi saja
namun juga menyangkut moral, nilai-nilai, budaya, dan keagamaan. Krathwohl
(dalam Sukardi, 2011: 76) menjelaskan lima tingkatan domain afektif. Berikut
ini adalah tabelnya:
Tingkatan
|
Verb
(kata kerja)
|
Receiving
(menerima)
|
Menerima,
peduli, emndengar
|
Responding
(menjawab)
|
Melengkapi,
melibatkan, sukarela
|
Valuing
(menilai)
|
Menunjukkan
lebih senang, menghargai, menyatakan peduli
|
Organization
(mengorganisasikan)
|
Berpartisipasi,
mempertahankan, menyatukan (sintesis)
|
Characterization
by value or value complex (mengkarakterisasi atas dasar nilai atau nilai
kompleks)
|
Menunjukkan
empati, menunjukkan harapan, mengubah tingkah laku
|
3) Domain
psikomotorik
Domain
psikomotorik merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan daru
pengembangan proses mental melalui aspek-aspek otot dan membentuk keterampilan
siswa yang nantinya berkembang mencakup pengetahuan yang berkaitan dengan
keterampilan hidup atau life skills (Sukardi,
2011: 76). Simpson (dalam Sukardi, 2011: 77) membagi domain psikomotorik
menjadi tujuh tingkatan sebagai berikut:
Tingkatan
|
Verb
(kata kerja)
|
Perception
(persepsi)
|
Membedakan,
mengidentifikasi, memilih
|
Set
(penentuan atau penetapan)
|
Mengasumsikan
posisi, mendemonstrasikan, menunjukkan
|
Guided
response (reaksi atas dasar arahan)
|
Mengusahakan,
meniru, mencoba
|
Mechanism
(mekanisme)
|
Membiasakan,
mempraktikkan, mengulang
|
Complex
overt response (reaksi terbuka dengan kesulitan kompleks)
|
Menghasilkan,
mengoperasikan, menampilkan
|
Adaptation
(adaptasi)
|
Mengadaptasi,
mengubah, merevisi
|
Origination
(asli)
|
Menciptakan
(create) desain, membuat temuan asli (originate)
|
F.
Proses
Belajar Mengajar Sebagai Objek Penilaian
Penilaian proses
belajar mengajar ditekankan pada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan belajar
mengajar terutama pada sisi efisiensi-efektivitas-dan produktivitasnya
(Sudjana, 1991: 57). Komponen-komponen yang dinilai mencakup:
a. Tujuan
pengajaran atau tujuan instruksional
b. Bahan
pengajaran
c. Kondisi
siswa dan kegiatan belajarnya
d. Kondisi
guru dan kegiatan mengajarnya
e. Alat
dan sumber belajar yang digunakan
f. Teknik
dan cara pelaksanaan penilaian.
Kriteria
penilaian proses belajar mengajar dapat dijabarkan menjadi beberapa poin (Sudjana,
1991: 60-62) di bawah ini:
a.
Konsistensi kegiatan
belajar mengajar dengan kurikulum
b.
Keterlaksanaan rencana
pembelajaran oleh guru
c.
Keterlaksanaan rencana
pembelajaran oleh siswa (sejauh mana siswa dapat mengikuti instruksi guru)
d.
Motivasi belajar siswa
e.
Keaktifan para siswa
dalam kegiatan belajar
f.
Interaksi guru dan
siswa
g.
Kemampuan atau
keterampilan guru mengajar
h. Kualitas
hasil belajar yang dicapai oleh siswa
Sumber data
penilaian proses belajar dan mengajar terdiri dari tiga unsur yakni tenaga
kependidikan, siswa, dan orang tua siswa (Sudjana, 1991: 63)
G.
Teknik-teknik
Evaluasi
Teknik evaluasi
dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yakni teknik evaluasi tes dan non
tes. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.
Tes dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis. Heaton (dalam Arifin, 2012: 118) membagi tes
menjadi empat bagian yaitu tes prestasi belajar, tes penguasaan, tes bakat, dan
tes diagnostik. Brown (dalam Arifin, 2012: 118) menambahkan tes penempatan
posisi dibawah pembagian tes dari Heaton. Dalam bidang psikologi, tes dibagi
menjadi empat jenis yakni tes intelegensia umum, tes kemampuan khusus, tes
prestasi belajar, dan tes kepribadian. Berikut ini adalah bagan pembagian jenis
tes yang berhasil dikumpulkan oleh Arifin (2012: 119)
Teknik evaluasi
non tes biasanya digunakan jika ingin mengukur kualitas proses dan produk dari
suatu pekerjaan serta hal-hal yang berkenaan dengan domain afektif seperti
sikap, minat, bakat, dan motivasi (Arifin, 2012: 152). Teknik non tes akan
menghasilkan data yang biasanya bersifat kualitatif deskriptif meskipun tidak
menutup kemungkinan adanya data kuantitatif. Berikut ini adalah bagan perincian
teknik evaluasi non tes berdasarkan rangkuman dari Arifin (2012: 152-176)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Assesment dapat
diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang
dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa, baik yang
menyangkut kurikulum, program pembelajaran sekolah, iklim sekolah, maupun
kebijakan-kebijakan sekolah.
Prosedur asesmen
pembelajaran dijabarkan sebagai berikut: menjabarkan kompetensi dasar ke dalam
indikator pencapaian hasil belajar, menetapkan kriteria ketuntasan setiap
indikator, pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar,indikator,kriteria
ketuntasan,dan aspek penilaian yang terdapat pada raport, pemetaan standar
kompetensi kompetensi dasar,indikator,kriteria ketuntasan,aspek penilaian dan
teknik penilaian, penetapan teknik penilaian.
Menurut Sumarno
(2011) ada tujuh ragam teknik yang dapat digunakan dalam asesmen pembelajaran,
yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian
proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Evaluasi adalah
serangkaian prosedur tertentu yang dilakukan untuk menemukan nilai dari suatu
proses atau benda sekaligus menemukan maknanya. Sehingga evaluasi pembelajaran
adalah serangkaian prosedur tertentu yang dilakukan untuk menemukan nilai dan
makna dari pembelajaran. Prosedur evaluasi terdiri dari langkah-langkah sebagai
berikut: perencanaan evaluasi, pelaksanaan evaluasi, monitoring pelaksanaan
evaluasi, pengolahan data, pelaporan hasil evaluasi, dan penggunaan hasil
evaluasi
Hasil belajar
sebagai objek evaluasi artinya segala bentuk pencapaian siswa setelah melewati
berbagai pembelajaran adalah bahan penilaian. Hasil belajar tersebut terbagi
menjadi beberapa ranah. Kingsley (dalam Sudjana, 1991: 22) membagi hasil
belajar menjadi: (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan
pengertian, (3) sikap dan cita-cita. Gagne membagi hasil belajar menjadi lima
yakni (1) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (3) strategi
kognitif, (4) sikap, dan (5) keterampilan motorik. Pendidikan nasional
Indonesia menggunakan pembagian berupa domain kognitif, psikomotor, dan afektif
dari beberapa ahli.
Proses belajar
mengajar sebagai objek evaluasi artinya penilaian proses belajar mengajar
ditekankan pada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan belajar mengajar terutama
pada sisi efisiensi-efektivitas-dan produktivitasnya.
Teknik evaluasi
dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yakni teknik evaluasi tes dan non
tes. Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.
Teknik evaluasi non tes biasanya digunakan jika ingin mengukur kualitas proses
dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal yang berkenaan dengan domain
afektif seperti sikap, minat, bakat, dan motivasi
B.
Saran
1) Seluruh
tenaga kependidikan diharapkan dapat memahami prosedur dan teknik asesmen dan
evaluasi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran guna
perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia.
2) Seluruh
tenaga kependidikan dan pakar pendidikan dapat bersinergi untuk menghasilkan
format-format asesmen dan evaluasi pembelajaran yang dapat menilai seluruh
aspek secara objektif tanpa terkecuali.
Daftar Rujukan
Arifin,
Z.. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
-------------.2012. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Hamzah
B. Uno & Satria Koni. Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara
Kusaeri
dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Kusrini dan Tatang.
2002. Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assessment) Suatu Asesmen
Alternatif dalam Kelas Matematika. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika
UNESA
Muhammad N..
2001. Performance Assessment dalam Pendidikan IPA. Surabaya: Pusat Sains
dan Matematika UNESA
Nurhadi, A.. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Surabaya: PT
JePe Press Media Utama.
Sudjana, N.. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
----------------. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sukardi, H.M. 2011. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi
Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar