Berikut ini adalah beberapa kostum dari Los galaticos
Sabtu, 24 November 2012
SUTAN SYAHRIR
Sutan Syahrir berasal dari keluarga Minangkabau yang cukup terpandang dan disegani di Koto Gedang, Sumatera Barat. Kakek dan ayahnya merupakan jaksa yang bekerja bagi pemerintah Hindia Belanda. Dalam tubuh Sutan Sjahrir juga mengalir darah bangsawan Mandailing Natal, Ibunya merupakan keturunan langsung dari Tuanku Besar Sintan dari Natal (Mrazek, 1996: 4-5). Jadi sejak kecil Sjahrir telah menikmati kemapanan ekonomi dan kehidupan keluarga yang modern.
Perawakan
Syahrir pendek: 1,60 meter lebih sedikit. Suka tertawa lepas, sorotan mata
ramah dan bersahabat. Syahrir Lahir di Padang Panjang, Sumatera barat, 5 Maret
1909. Ayahnya bernama Mohammad Rasad gelar Maharaja Sutan bin Soetan Leman
gelar Soetan Palindih, asal Kota Gadang, dengan jabatan terakhir: Kepala Jaksa
pada/Landraad (Pengadilan Negeri) di Medan (Anwar, 2011: 9).
Ibunya
bernama Poetri Siti Rabiah, putri Soetan Soeleiman (Kota Gadang) dan Puti
Djohor Maligan (cucu Tuanku Besar si Intan dari Natal, Sumatra Utara) dari
daerah pantai bagian selatan Tapanuli, dari keluarga raja-raja local Swapraja (sutansjahrir.com).
Syahrir
mengenyam sekolah dasar (ELS)
dan sekolah menengah (MULO)
terbaik di Medan,
dan membetahkannya bergaul dengan berbagai buku-buku asing dan ratusan novel
Belanda. Malamnya dia mengamen di Hotel De Boer (kini Hotel Natour
Dharma Deli), hotel khusus untuk tamu-tamu kulit putih. Pada 1926,
ia selesai dari MULO, masuk sekolah lanjutan atas (AMS) di Bandung,
sekolah termahal diHindia Belanda saat itu. Di sekolah itu, dia
bergabung dalam Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia (Batovis) sebagai
sutradara, penulis skenario, dan juga aktor. Hasil mentas itu dia gunakan untuk
membiayai sekolah yang ia dirikan, Tjahja Volksuniversiteit, Cahaya
Universitas Rakyat.
Di kalangan siswa sekolah menengah (AMS) Bandung, Syahrir menjadi seorang bintang.
Syahrir bukanlah tipe siswa yang hanya menyibukkan diri dengan buku-buku
pelajaran dan pekerjaan rumah. Ia aktif dalam klub debat di sekolahnya. Syahrir
juga berkecimpung dalam aksi pendidikan melek huruf secara gratis bagi
anak-anak dari keluarga tak mampu dalam Tjahja
Volksuniversiteit(id.wikipedia.org).
Pendidikan
Barat yang diperoleh Sjahrir tidak hanya diperoleh di Hindia, setamat AMS ia melanjutkan studi ke Fakultas Hukum,
Universitas Amsterdam. Di negeri Belanda,
Sjahrir menjalani kehidupan yang berbeda dengan di Hindia. Kehidupan di negeri Belanda memperkenalkan Sjahrir pada
kehidupan yang bebas. Ia tertarik pada sosialisme,
terlibat dalam Perkumpulan Mahasiswa Sosial Demokrat Amsterdam, dan banyak membaca buku-buku mengenai sosialisme.
Selain itu, ia juga melibatkan diri dalam
gerakan Sarekat Buruh dan bekerja pada Sekretariat Federasi Buruh Transport Internasional (Mrazek, 1996: 92).
Ia
berkembang dalam iklim Barat dengan pola pikir Barat dan hampir-hampir tidak
ada lagi kesan bahwa sebenarnya orang Indonesia dengan pola pikir yang
dimilikiya dan berkembang sangat baik. Menurut teman-temannya di Belanda, Sutan
Sjahrir menyelami sosialisme sangat dalam hingga bergaul sangat bebas dengan
kelompok sosialis. Ia sangat memahami teori-teori sosialisme berkat pergaulan
dalamnya dengan kelompok sosialis Belanda(sosok.kompasiana.com).
Berikut
adalah data-data biografi Sutan Syahrir yang dikutip dari sutansjahrir.com,
yaitu Pernikahan : 1. 1939 – 1948 : Pernikahan dengan Ny. Maria Duchateau
(dilangsungkan dengan surat
kuasa, serentak di Negeri Belanda, tempat domisili Ny. Maria Duchateau) dan di
Pulau Banda Neira, (tempat St. Sjahrir
diasingkan oleh Belanda). Karena pecah perang dunia ke-2, istrinya tidak dapat
menyusul ke Indonesia
dan tetap berdomisili di negeri Belanda. Pada 1948 mereka bercerai. 2. 1951
hingga wafatnya tahun 1966 : Pernikahan dengan Siti Wahyunah S.H., putrid Prof.
Dr. dr. Moh. Saleh Mangundiningrat, Solo (pernikahan dilangsungkan di Kairo,
Mesir).
Putera –
Puteri : Ir. Kriya Arsjah dan Siti Rabyah Parvati, S.S. dan beberapa orang anak
angkat yang berasal dari Banda Neira, tempat pembuangannya di Maluku.
Meninggal di Zurich, Switzerland, 9 April 1966 dan dimakamkan di TMP Kalibata dan diberi gelar
Pahlawan Nasional. Penganugrahan 1. Tanda Kehormatan Satyalencana, Peringatan
Perjoangan Kemerdekaan, tanggal 20 Mei 1961. 2. Pengangkatan sebagai Pahlawan
Nasional, Keputusan Presiden Republik Inonesia No. 76, Tahun 1966, tanggal 9
April 1966. 3. Pengangkatan sebagai Perintis Kemerdekaan, SK. Menteri Sosial,
tanggal 9 April 1976.
JABATAN-JABATAN NEGARA
16
Oktober 1945 - 28 November 1945 Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat)
merangkap Ketua Badan Pekerja KNIP 15 November 1945
27 Juni
1947 Memimpin 3 Kabinet Parlementer berturut-turut :
1. 15 November 1945 – 28 Februari 1946 : Perdana Menteri RI merangkap
Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Parlementer yang
Pertama (Kabinet RI ke-2).
2. 3 Maret 1946 – 27 juni 1946 : Perdana Menteri RI
merangkap Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Sjahrir ke-2. Merangkap Ketua
Delegasi R.I. dalam perundingan dengan Belanda (d.b.p. Lord Inverchapel),
Maret/April 1946.
3. 2 Oktober 1946 – 26 Juni 1947 : Perdana Menteri RI
merangkap Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Sjahrir ke-3. Merangkap Ketua
Delegasi R.I. dalam perundingan dengan Belanda (d.b.p. Lord Killearn)
Oktober
1946-25 Maret 1947 (Perjanjian Linggajati). 26 Juni 1947 : Mandatnya
dikembalikan kepada Presiden. Kabinet berfungsi terus sampai terbentuknya
kabinet baru (3 Juli 1947: Kabinet Amir Sjarifudin).
30 Juni
1947 - akhir Januari 1950 Penasehat Presiden
RI. 22 Juli 1947 - Duta Besar
Keliling (Ambassador-at-Large) dengan tugas mewakili Republik Indonesia dalam urusan-urusan dan
perundingan-perundingan dengan semua negara dan pemerintah asing ( surat pengangkatan Presiden
RI tanggal 22 Juli 1947).
-
Mewakili Republik Indonesia
di sidang-sidang Dewan Keamanan PBB tanggal 14, 19, 25 Agustus 1947 dalam
perdebatan tentang sengketa Republik Indonesia – Negeri
Belanda (Agresi Belanda Ke-1).
14 Mei
1948 Selaku Duta Istimewa dan Penasehat Presiden RI, diberi tugas memimpin
semua perwakilan R.I. di luar negeri, serta menjalankan segala urusan baik di
lapangan politik maupun ekonomi/keuangan untuk memperkuat kedudukan RI di luar
negeri (Surat Kuasa Wakil Presiden RI
selaku Pemimpin Pemerintah No. 2/PW/PM/48).
Sejak
akhir Januari 1950 Tidak memangku suatu jabatan negara lagi. Ditahan tanpa
diadili 1962
KARANGAN
– KARANGAN SUTAN SJAHRIR
1. PIKIRAN DAN PERJOANGAN, terbitan Pustaka Rakyat, tahun 1950
(kumpulan karangan dari Majalah ”Daulat Rakyat” dan majalah-majalah lain, tahun
1931 – 1940).
2. PERGERAKAN SEKERJA – brosur 1933.
3. PERJOANGAN KITA – brosur Oktober 1945.
4. INDONESISCHE OVERPEINZINGEN, terbitan ”De Bezige Bij”, Amsterdam 1946 (kumpulan
surat-surat dan karangan-karangan dari penjara Cipinang dan tempat pembuangan
di Digul dan Banda-Neira, dari tahun 1934 sampau 1938).
5. RENUNGAN INDONESIA, terbitan PT. Pustaka rakyat (Diterjemahkan
dari Bahasa Belanda: ”Indonesische Overpeinzingen” oleh HB Yassin, 1951).
6. OUT OF EXILE, terbitan John Day Company, New York 1949 (terjemahan dari ”Indonesische
Overpeinzingen” oleh Charles Wolf Jr. dengan dibubuhi bagian ke-2 karangan
Sutan Sjahrir). Dicetak ulang oleh: Greenwood Press New
York, 1969, alamat, 51, Riverside Ave Westport, Conn 06880, N.Y.).
7. RENUNGAN DAN PERJUANGAN, terbitan PT. Djambatan dan PT. Dian
Rakyat (terjemahan HB Yassin dari ”Indonesische Overpeinzingen” dan Bagian II
“Out of Exile”, 1990).
8. SOSIALISME DAN MARXISME, terbitan PT. Djambatan, tahun 1967
(kumpulan karangan dari majalah “Suara Sosialis” tahun 1952 – 1953).
9. NASIONALISME DAN INTERNASIONALISME, terbitan Panitia Persiapan
Yayasan Sjahrir 1968 (Pidato yang diucapkan pada Asian Socialist Conference di
Rangoon, tahun 1953).
10. Karangan – karangan dalam ”Sikap”, ”Suara Sosialis” dan majalah
– majalah lain.
11. SOSIALISME INDONESIA PEMBANGUNAN (kumpulan tulisan Sutan Sjahrir
diterbitkan oleh Leppenas, tahun 1983).
2.2 Peran Sutan
Syahrir dalam Pemerintahan Indonesia 1945-1947
Selain
melibatkan diri dalam perkumpulan mahasiswa sosialis, Sjahrir juga aktif dalam
Perhimpunan Indonesia (PI) yang ketika itu dipimpin oleh Mohammad Hatta. Dalam
PI kegiatan politik Sjahrir segera diperhitungkan. Ketika PI dikuasai oleh
orangorang berideologi komunis, ia tetap setia bersama Hatta untuk menentang
hal tersebut.
Kegiatan
politik Sjahrir semakin menonjol ketika ia bersama Hatta mendirikan sebuah
partai baru, yakni PNI-Baru (Pendidikan Nasional Indonesia). Dalam Kongres I di
Bandung pada bulan Juni 1932 Sjahrir terpilih sebagai ketua Pimpinan Umum
PNIBaru (Syahbudin, 1987: 22-23). Pimpinan Sjahrir ditandai oleh pengarahan
konsolidasi ke dalam untuk menumbuhkan kematangan politik dan jiwa kritis.
Tidak lama setelah itu, Hatta kembali ke Hindia dan kepemimpinan PNI-Baru
diserahkan kepadanya. Sjahrir bermaksud kembali ke Belanda untuk melanjutkan
studinya. Namun belum sempat ia meninggalkan Hindia, para pemimpin PNI-Baru
ditangkap oleh pemerintah Hindia Belanda. Kegiatan-kegiatan PNI-Baru dianggap
berbahaya karena melakukan propaganda melalui tulisan-tulisan yang dimuat dalam
majalah Daulat Rakjat (Hatta, 1978: 319).
¨
Arti Penting Syahrir Pada Awal Kemerdekaan
Pemerintah
Republik Indonesia
awal memiliki banyak kelemahan, sehingga menimbulkan ketidakpuasan terutama
bagi pemuda. Buruknya hubungan pemerintah pusat dan daerah, kedatangan Sekutu,
peleburan badan-badan peperangan, pengumpulan kembali orang Jepang, penyesuaian
tugas pegawai, buruknya sarana transportasi, dan kemunduran ekonomi menjadi
penghalang pemerintah untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Pengambil-alihan
kantor-kantor dan perusahaan di daerah-daerah tidak dapat dikontrol oleh
pemerintah pusat, begitu pula dalam hal penyediaan dan pengawasan penggunaan
uang. Ketidakpuasan ini menimbulkan ide untuk mengganti Kabinet Soekarno-Hatta
dengan kabinet baru yang lebih tegas dan berani(Moedjanto, 1988: 141-142).
Kelemahan
pemerintah pusat ke dalam tidak diimbangi dengan kekuatan ke luar. Kabinet
presidensial dinilai oleh Sekutu sebagai kabinet berbau fasis, karena para
menterinya pernah bekerjasama dengan Jepang (Algadri, 1991: 92). Kondisi ini
membuat Sekutu sulit untuk mengakui Republik Indonesia karena dianggap sebagai
negara buatan Jepang dan berada di bawah kendali Jepang.
Untuk
menyelamatkan Republik dari cap negara buatan Jepang dan segera memperoleh
pengakuan internasional, dicari tokoh pemimpin yang antifasis. Hal ini
dilakukan untuk mewujudkan desakan-desakan yang menginginkan agar Pemerintah RI
lebih mencerminkan semangat kemerdekaan dan demokrasi. Di antara orang-orang Indonesia
banyak yang anti Jepang. Kekerasan dan kekejaman yang dilakukan oleh tentara
Jepang hampir-hampir menguras habis simpati bangsa Indonesia. Salah satu tokoh anti
Jepang adalah Sutan Sjahrir, tokoh antifasis yang terkenal dengan jaringan
bawah tanahnya pada masa pendudukan Jepang.
Sjahrir
dapat menghilangkan ketidakpuasan pemuda, ia dianggap sebagai orang yang tepat
untuk mengatasi masalah dalam masa revolusi. Ia mempunyai hubungan yang baik
dengan politisi tua, dan dikenal sebagai nasionalis intelektual dan ex Digulis.
Di kalangan pemuda, peranannya selama pendudukan Jepang sangat dihargai, dan
umurnya yang baru 36 tahun lebih dekat dengan pemuda (Moedjanto, 1988: 142).
¨
Syahrir sebagai ketua KNIP
Lima hari setelah kemerdekaan Indonesia,
Komite Nasional Indonesia terbentuk. Kelompok pemuda mendorong agar Sjahrir
menjadi Ketua Komite, namun ia menolak dengan alasan masih menanti sejauh mana
Komite mencerminkan kehendak rakyat. Pada kenyataannya lembaga-lembaga negara
RI belum berfungsi dengan baik, begitu pula dengan KNI. Lembaga tersebut masih
baru dan para pejuang lebih banyak menunggu instruksi daripada mempunyai
inisiatif sendiri (Djoeir, 1997: 93-94).
Pada
tanggal 7 Oktober 1945, 40 anggota KNIP menandatangani petisi yang berisi
tuntutan agar Komite Nasional menjadi badan legislatif, bukan pembantu
presiden. Selain itu, menteri kabinet harus bertanggungjawab kepada dewan,
bukan kepada presiden. Selanjutnya, para pemuda mendesak agar Sjahrir bersedia
menjadi ketua Komite. Pada tanggal 16 Oktober 1945, Komite Nasional mengadakan
rapat dan Sjahrir diangkat sebagai ketua (Sjahrir, 1990: 280).
Naiknya
Sjahrir sebagai ketua KNIP segera membawa angin segar ke dalam KNI dan
Pemerintah (eksekutif) yang lebih mencerminkan aspirasi rakyat. Langkah-langkah
yang diambil Sjahrir sebagai Ketua KNIP ialah sebagai berikut: Pertama,
mengubah KNIP menjadi badan legislatif. Sidang KNIP pada tanggal 16 Oktober
membuahkan hasil dengan disetujuinya usul Sjahrir, kemudian dikeluarkan
Maklumat Wakil Presiden No. X. Isi pokok dari maklumat tersebut ialah
(Soebadio, 1987: 63):
1.
Sebelum MPR-DPR terbentuk, KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut
menetapkan garis-garis besar haluan negara.
2.
Berhubung dengan keadaan yang sedang genting, banyak anggota KNIP diperlukan di
daerah-daerah, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan
Pekerja (BP). Perubahan status KNIP dapat memperkokoh kedudukan RI dalam
menghadapi pihak asing yang menganut paham demokrasi, karena RI dapat dicap
sebagai Negara fasis buatan Jepang apabila kekuasaan Presiden terlalu besar.
Usaha
kedua yang dilakukan Sjahrir ialah mendirikan partai-partai politik. Dengan
perubahan status KNIP, maka RI menjadi sebuah negara yang mengikuti pola
parlemen Eropa Barat. Konsekuensinya, suara rakyat harus disalurkan melalui
organisasi politik. Sebagai dasar hukum digunakan Aturan Tambahan ayat 1 UUD
1945, yang menetapkan bahwa: “Dalam enam bulan sesudah akhir peperangan Asia
Timur Raya, Presiden Indonesia
mengatur dan menyelenggarakan segala hal yang ditetapkan dalam Undang-undang
Dasar ini.” (Moedjanto, 1988: 143). Artinya bahwa 6 bulan sesudah perang
selesai di Indonesia harus diselenggarakan suatu pemilihan untuk anggota
MPR-DPR. Sjahrir menjelaskan bahwa pemilihan itu akan bersifat demokratis, dan
oleh karena itu keikutsertaan partai-partai politik merupakan hal yang utama.
Sjahrir
berhasil memperoleh persetujuan BPKNIP untuk mengeluarkan Maklumat Pendirian Partai-partai . Maklumat ini
disetujui oleh Soekarno-Hatta, dan pada tanggal 3 November 1945 Wakil Presiden
Moh. Hatta mengesahkannya. Pendirian partai-partai politik dapat menunjukkan
bahwa Indonesia merupakan Negara demokrasi, suatu bentuk negara yang
dikehendaki oleh dunia internasional, terutama oleh Sekutu. Dengan demikian,
kesan bahwa Indonesia merupakan negara fasis buatan Jepang dapat dihilangkan.
Usaha
Sjahrir yang ketiga ialah menulis buku Perjuangan Kita. Buku ini merupakan
sebuah diagnosa yang dirumuskan secara jernih tentang persoalan yang dihadapi
Indonesia pada waktu itu dan merupakan program untuk menghadapi Belanda.
Munculnya Perjuangan Kita memberi pengaruh terhadap pandangan Belanda dan
Sekutu bahwa pemimpin Indonesia tidak semuanya pernah bekerjasama dengan
Jepang.
¨
Syahrir Sebagai Perdanan Menteri
Pada tanggal 14 November dikeluarkan Maklumat
Pemerintah 14 November 1945, yang berisi disetujuinya perubahan sistem kabinet
dari presidensial menjadi parlementer. Sjahrir ditunjuk sebagai formatur
kabinet, dan segera membentuk Kabinet Sjahrir I (Ibid, 1987: 98). Ia dianggap
sebagai orang yang tepat untuk menjadi pemimpin karena dianggap mampu
menghadapi diplomasi dengan negara Barat. Kabinet Sjahrir I sebagian besar
anggotanya terdiri atas tenaga pemerintahan dan tenaga ahli, bukan politisi dan
merupakan orang-orang yang tidak bekerjasama dengan Jepang.
Usaha-usaha Sjahrir sebagai Perdana Menteri ialah:
pertama, mengadakan
konsolidasi dengan pimpinan negara yakni Soekarno-Hatta. Selain itu, dalam
menghadapi pergolakan di daerah-daerah ia bekerjasama dengan KNI-Daerah
agar pergolakan-pergolakan itu dapat dikendalikan. Sjahrir juga menetapkan
program kerja kabinet ke dalam, yang terdiri atas empat pasal (Departemen
Penerangan, 1970: 4):
a) Menyempurnakan susunan Pemerintah Daerah berdasarkan kedaulatan rakyat.
b) Mencapai koordinasi semua tenaga rakyat dalam usaha menegakkan Negara
Republik Indonesia serta pembangunan masyarakat yang berdasarkan keadilan
dan perikemanusiaan.
c) Berusaha memperbaiki kemakmuran rakyat.
d) Berusaha mempercepat keberesan tentang hal uang Republik Indonesia.
Kedua, Sjahrir menjalankan politik diplomasi untuk
menghadapi Sekutu dan Belanda. Perundingan pertama diadakan pada tanggal 17
November 1945, dan menghasilkan usulan-usulan dari pihak Belanda yang intinya
berisi mengenai
keamanan di Indonesia. Akan tetapi akhirnya perundingan ini tidak
menghasilkan apa-apa, Syahrir tidak sempat memberi jawaban atas usul-usul
Belanda karena kabinetnya sedang sibuk mengadakan rapat bersama KNIP. Selain
itu timbul kejengkelan dan keprihatinan di pihak Indonesia akibat insiden
penembakan Mr. M. Roem oleh serdadu Belanda pada tanggal 21 November 1945
(Agung, 1995: 40-41). Perundingan selanjutnya diadakan pada tanggal 10 Februari
1946, yang
menghasilkan pernyataan politik pemerintah Belanda, bahwa Indonesia akan
dijadikan sebagai negara persemakmuran di bawah Kerajaan Belanda (Raliby, 1953:
232). Perundingan ini juga tidak menghasilkan apa-apa, karena sebelum sempat
menjawab pernyataan Belanda, Kabinet Sjahrir jatuh akibat pertentangan oleh
pihak oposisi di dalam negeri.
Syahrir sebagai Perdana Menteri untuk yang Kedua
kalinya. Sjahrir ditunjuk kembali untuk membentuk kabinet baru setelah pihak
oposisi, yaitu Persatuan Perjuangan, tidak mampu membentuk kabinet baru. KNIP
yang masih berada dalam masa sidang segera menyetujui tindakan ini, dan akhirnya
Kabinet Sjahrir II dilantik pada tanggal 12 Maret 1946 (Departemen Penerangan, 1970:
5).
Dalam kabinetnya yang kedua, Sjahrir tetap
melanjutkan perundingan sebagai usaha untuk mempertahankan kemerdekaan RI.
Setelah kabinet baru terbentuk, Sjahrir menyusun usul balasan kepada van Mook,
meminta Belanda untuk mengakui kedaulatan penuh Republik Indonesia dengan
wilayah bekas Hindia Belanda dan tidak berbentuk sebagai negara persemakmuran
seperti yang diusulkan sebelumnya. Pihak Belanda menolak menerima usul
tersebut, van Mook mengusulkan pembentukan negara Indonesia yang berbentuk
federasi dalam suatu Uni dengan Belanda. Pada tanggal 27 Maret 1946, Sjahrir
memberikan jawaban dengan isi pokok supaya pemerintah Belanda mengakui
kedaulatan de facto RI atas Jawa dan Sumatera, selain itu ia juga menyetujui
pembentukan RIS yang berada dalam ikatan Kerajaan Belanda.
Usul balasan tersebut, mampu memberi pendekatan
antara Indonesia dan Belanda. Selanjutnya Sjahrir menyusun rancangan
perundingan yang lebih tinggi tingkatannya. Pada tanggal 14 sampai 24 April
1946 diadakan Perundingan Hoge Veluwe di Negeri Belanda (Basuki, 1999: 217).
Perundingan ini mengalami kegagalan, karena pihak Belanda menolak hasil
perundingan Sjahrir dan van Mook sebelumnya. Pihak Belanda hanya bersedia
memberikan pengakuan de facto kedaulatan RI atas Jawa dan Madura saja, dan
itupun dikurangi oleh daerah-daerah yang dikuasai oleh pasukan Sekutu.
Sementara itu RI harus menjadi bagian dari Kerajaan Belanda. Meskipun demikian,
perundingan ini merupakan tahapan dalam peletakan dasar untuk perundingan
selanjutnya.
Pada tanggal 2 Mei 1946 van Mook kembali membawa
usul pemerintahannya. Usulan tersebut berisi pengakuan Belanda terhadap Republik
Indonesia yang berbentuk Serikat, serta merupakan bagian dari Kerajaan Belanda.
Selain itu, Pemerintah Belanda mengakui de facto kekuasaan RI atas Jawa,
Madura, dan Sumatera, dikurangi dengan daerah-daerah yang diduduki oleh tentara
Inggris dan Belanda (Notosusanto, 1993: 127). Usul Belanda tidak diterima oleh
Sjahrir, karena tidak mengandung sesuatu yang baru.
Di dalam negeri, posisi Sjahrir semakin sulit
akibat serangan pihak oposisi yang semakin kuat. Puncak tindakan oposisi ialah
penculikan terhadap Sjahrir beserta rombongannya pada 28 Juni 1946 di Solo
(Loebis, 1992: 161). Presiden Soekarno menyatakan keadaan darurat dan mengambil
alih pemerintahan, serta mendesak pihak oposisi agar segera membebaskan Sjahrir
beserta pejabat lainnya. Dengan pengambilalihan pemerintahan oleh Presiden
Soekarno tersebut, maka berakhirlah Kabinet Sjahrir II (Kahin, 1995: 238).
Syahrir sebagai Perdana Menteri untuk yang Ketiga
kalinya. Setelah masalah penculikan selesai, Presiden Soekarno kembali menunjuk
Sjahrir sebagai Perdana Menteri dan untuk segera membentuk kabinet baru.
Sesudah kabinetnya dilantik, Sjahrir melanjutkan kembali perundingan dengan
pihak Belanda. Pada tanggal 7 Oktober 1946 diadakan perundingan atas dasar
program politik pemerintah yang menekankan pada perundingan atas dasar
pengakuan merdeka 100%, dan persiapan rakyat serta negara dalam bidang politik,
militer, ekonomi, dan sosial untuk mempertahankan RI. Perundingan ini
menghasilkan usul-usul dari pihak Belanda yang tidak dapat diterima oleh
Sjahrir. Belanda menginginkan agar Indonesia menjadi negara bagian dari
Kerajaan Belanda.
Perundingan selanjutnya diadakan di Linggarjati,
pada tanggal 15 November 1946; delegasi Indonesia dipimpin oleh Sutan Sjahrir
dan delegasi Belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn. Perundingan ini
menghasilkan persetujuan antara Indonesia dan Belanda dengan 17 pasal
ketentuan. Isi yang paling penting ialah diakuinya Indonesia secara de facto
atas Jawa, Madura dan Sumatera, serta pembentukan Negara Indonesia Serikat.
Setelah Belanda memberikan pengakuan kekuasaan de facto RI atas Jawa, Madura,
dan Sumatera, negara-negara lain kemudian mengikutinya, seperti Inggris, AS,
Mesir, Libanon, Suria, Afganistan, Burma, Saudi Arabia, Yaman, Rusia, serta
India dan Pakistan (Tobing, 1986: 2-10).
Banyak pihak menganggap Sjahrir terlalu banyak
memberi konsesi pada Belanda dan banyak ketidakjelasan dalam Persetujuan yang
dapat menimbulkan perbedaan tafsiran. Sjahrir mengalami kesulitan berhubungan
dengan pihak Belanda, sehingga banyak yang menarik dukungan terhadapnya,
termasuk partainya sendiri, yaitu Partai Sosialis. Akibat banyaknya penentangan
kebijakan Sjahrir, maka ia kemudian mengundurkan diri pada tanggal 27 Juni 1947
(Kahin, 1995: 261-262).
Apabila dilihat lebih lanjut, Persetujuan Linggarjati
memiliki kelebihan, Syahrir mencantumkan pasal mengenai arbitrase yang
memungkinkan untuk meningkatkan masalah Indonesia menjadi masalah internasional
apabila terjadi pelanggaran. Hal ini terbukti ketika Belanda melancarkan agresi
militernya yang pertama, karena adanya pasal mengenai arbitrase maka masalah
Indonesia dapat diajukan ke badan internasional (PBB). Pada 4 Agustus 1947,
Dewan Keamanan PBB menyetujui resolusi Australia untuk penyelesai pertikaian
Indonesia-Belanda (Deplu, 2004: 582). Pada 14 Agustus 1947, Sjahrir memimpin
delegasi Indonesia ke sidang Dewan Keamanan PBB (Salam,1990: 52-53). Dalam
sidang ini Sjahrir diberi kesempatan berpidato dan momen ini membuat Indonesia
mulai dikenal oleh dunia internasional. Sejak saat itu pertikaian
Indonesia-Belanda tidak pernah luput dari perhatian PBB.
¨
Tantangan-tantangan yang dihadapi Syahrir
Selama menjabat sebagai perdana menteri, Sjahrir
mendapat tantangan-tantangan dari dalam negeri. Tantangan pertama berasal dari
pihak oposisi yang tergabung dalam Persatuan Perjuangan (PP) yang dipimpin oleh
Tan Malaka. Organisasi ini merupakan gabungan dari berbagai organisasi
masyarakat, badan-badan perjuangan, dan kelompok-kelompok sosial lainnya yang
menentang kebijakan Sjahrir dan kabinetnya, terutama dalam hal diplomasi.
Persatuan Perjuangan menginginkan Indonesia merdeka 100%, dan lebih
mengutamakan perlawanan fisik terhadap Belanda dan sekutu.
Pertentangan dengan militer
Pernyataan Syahrir mengenai kolaborator Jepang yang
ditulisnya dalam buku Perjuangan Kita merupakan awal pertentangan Sudirman
terhadap Sjahrir. Sudirman tersinggung karena pasukan Pembela Tanah Air (PETA)
yang dipimpinnya merupakan bentukan Jepang (Malik, 1978: 155). Jenderal
Sudirman kemudian bergabung bersama oposisi Persatuan Perjuangan dan menyatakan
pertentangannya terhadap kebijakan Sjahrir. Garis politik Persatuan Perjuangan
yang keras lebih menarik perhatiannya daripada diplomasi yang diperjuangkan
oleh Sjahrir.
Karakteristik Media Pembelajaran
2.1. Karakteristik Media Visual
Media Pembelajaran yang menggunakan
teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi melalui
buku dan materi visual statis terutama melalui proses percetakan mekanis atau
photografis, contohnya antara lain: teks, grafik, foto atau representasi
fotografik. Karakteristik media pembelajaran hasil cetak antara lain :
- Teks dibaca secara linear
- Menampilkan komunikasi secara satu arah dan reseptif
- Ditampilkan secara statis atau diam
- Pengembangannya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip pembahasan
- Berorientasi atau berpusat pada siswa. Pendekatan yang berorientasi pada siswa adalah pendekatan dalam belajar yang ditekankan pada ciri-ciri dan kebutuhan siswa secara individual. Sedang lembaga pendidikan dan para guru hanya berfungsi dan berperan sebagai fasilitator saja. Sistem pendekatan yang berorientasi pada siswa ini didesain sedemikian rupa. Sehingga siswa dapat belajar dengan sistem yang luwes yang diarahkan agar siswa dapat membentuk gaya belajarnya masing masing. Dalam hal ini guru dan lembaga berperan sebagai penunjang, fasilitator dan penyemangat siswa yang sedang belajar.
- Informasi dapat diatur atau ditata ulang oleh pemakai (http://www.bakharuddin.net/2012/07/karakteristik-media-pembelajaran.html)
Secara
garis besar, unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri dari garis,
bentuk, warna, dan tekstur (Ersyad, 1977). Dalam mengembangkan sebuah media
pembelajaran, perlu diperhatikan beberapa prinsip agar media tersebut
memberikan pengaruh efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
A.
Media
visual non proyeksi
Media visual non proyeksi merupakan
media yang sering digunakan dakam pembelajaran karena penggunaannya sederhana,
tidak memerlukan banyak perlengkapan dan relatif tidak mahal.
Beberapa jenis media visual non
proyeksi yang sering digunakan dalam pembelajaran antara lain :
1. Benda
relatif (benda nyata)
Benda nyata adalah benda yang dapat
dilihat, di dengar atau dialami oleh peserta didik sehingga memberikan
pengalaman langsung kepada mereka. Benda tersebut tidak harus dihadirkan
diruang kelas ketika proses pembelajaran berlangsung, tetapi siswa dapat melihat
langsung ke lokasi objek. Contoh : untuk mempelajari keanekaragaman hayati,
klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman, siswa bisa
mengamatinya lansung di lokasi atau di habitatnya, misalnya melalui kunjungan
atau studi lapangan.
2. Model
dan Prototipe
Adalah benda tiruan dalam wujud tiga
dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari media yang
sesungguhnya. Misalnya : untuk mempelajari letak geografis wilayah di planet
bumi diperlukan model berupa globe bumi, sementara, untuk mempelajari anatomi
tubuh pada hewan dan manusia dibutuhkan model atau prototipe tumbuhan, hewan,
dan tubuh manusia yang terbuat dari bahan fiber glas, plastik, karet, dan
lain-lain.
3. Media
cetak
Media cetak adalah media pembelajaran
yang disajikan dalam bentuk tercetak (prited media). Media jenis ini termasuk
kelompok jenis media yang paling tua dan banyak digunakan dalam proses
pembelajaran karena praktis penggunaannya dan tersedia di banyak tempat.
Beberapa contoh media cetak : adalah buku teks, modul, majalah, dan sejenisnya.(Rayandra Asyhar, 2011:53-57)
4. Media
Grafis
Media grafis termasuk media visual.
Sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi untuk menyalurkan
pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera
penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam sismbol-simbol
komunikasi visual.
Simbol-simbol tersebut perlu di
pahamibenar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efesien.
Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian
ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan
atau diabaikan bila tidak digrafiskan.
Selain sederhana dan mudah pembuatannya
media grafis termasuk media yang relatif murah ditinjau dari segi
biayanya.banyak jenis media grafis, diantaranya, yaitu :
a. Gambar
atau foto
Diantara
media pendidikan, gambar atau foto adalah media yang paling umum dipakai. Dia
merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana.
Oleh karana itu, pepatah Cina yang mangatakan bahwa sebuah gambar berbicara
lebih banyak dari pada seribu kata.
b. Sketsa
Sketsa
adalah gambar yang sederhana, atau draft kasar yamg melukiskan bagian-bagian
pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang normal dapat belajar
menggambar, setiap guru yang baik haruslah dapat menuangkan ide-idenya ke dalam
bentuk sketsa. Sketsa, selain dapat menarik perhatian murid, menghindari
verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganya pun tak perlu
dipersoalkan sebab media ini dibuat langsung oleh guru.
c. Diagram
Sebagai
suatu gambar yang sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-simbol,
diagram atau skema menggambarkan struktur dari objek secara garis besar.
Diagram
yang baik sebagai media pendidikan adalah media yang :
1. Benar,
diagram rapi, diberi titel, label, dan penjelasan-penjelasan yang perlu;
2. Cukup
besar dan ditempatkan secara strategis; dan
3. Penyususnannya
disesuaikan dengan pola membaca yang umum yaitu dari kiri ke kanan dan dari
atas ke bawah.
d. Bagan
/ Chart
Seperti
halnya media grafis yang kain, bagan atau chart termasuk media visual.
Fungsinya yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit
bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu
memebrikan ringkasan butir-butir terpenting dari suatu presentasi.
Sebagai
media yang baik, bagan haruslah :
1. Dapat
dimengerti anak;
2. Sederhana
dan lugas, tidak rumit atau berbelit-belit;
3. Diganti
pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap termasa ( up to date ) juga tak kehilangan daya tarik.
e. Garfik
(Graps)
Sebagai suatu media visual, grafik adalah suatu
gambar yang sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar. Untuk
melengkapinya sering kali simbol-simbol verbal digunakan pula disitu.
Fungsi
grafik adalah untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan
perkembangan tau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang saling
berhubungan secara singkat dan jelas.
Sebagai
media pendidikan grafik dapat dikatakan baik kalau memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
1. Jelas
untuk dilihat seluruh kelas;
2. Hanya
menyajikan suatu ide setiap grafik;
3. Ada
jarak/ruang kosong antara kolom-kolom bagiannya;
4. Warna
yang digunakan kontras dan harmonis;
5. Berjudul
dan ringkas.
Ada beberapa macam grafik yang dapat
kita gunakan diantaranya adalah grafik garis (line graphs), grafik batang (bargraphs),
garafik lingkaran (circle atau pie
graphs) dan grafik gambar (pictorial
graphs).
f. Kartun
Kartu sebagai salah satu bentuk komunikasi grafis
adalah suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk
menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas atau sesuatu sikap terhadap
orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu.
g. Poster
Poster tidak hanya penting untuk menyampaikan
kesan-kesan tertentu tetapi dia mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi
orang yang melihatnya.
Poster dapat dibuat di atas kertas, kain, batang
kayu, seng, dan semacamnya. Pemasangannya bisa dikelas, di luar lelas, di
pohon, di tepi jalan, dan di majalah. Ukurannya bermacam –macam, tergantung
kebutuhan. Namun secara umu, poster yang baik hendaklah:
1. Sederhana;
2. Menyajikan
satu ide dan untuk mencapai satu tujuan pokok;
3. Berwarna;
4. Slogannya
ringkas dan jitu;
5. Tulisannya
jelas;
6. Motif
dan disain bervariasi.
h. Peta
dan Globe
Pada dasarnya peta dan globe berfungsi untuk
menyajikan data-data lokasi. Selain itu, kelebihan lain dari peta dan globe,
dipakai sebagai media dalam kegiatan belajar mengajar adalah:
1. Memungkinkan
siswa mengerti posisi dari kesatuan politik, daerah, kepulauan, dan lain-lain;
2. Merangsang
minat siswa terhadap penduduk dan pengaruh-pengaruh geografis;
3. Memungkinkan
siswa memperoleh gambaran tentang imigrasi dan distribusi penduduk,
tumbuh-tumbuhan, dan kehidupan hewan, serta bentuk bumi yang sebenarnya.
i.
Papan flanel/flanel board
Papan flanel adalah media grafis yang efektif sekali
untuk menyajikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula. Papan
berlapis kain flanel ini dapat dilipat sehingga praktis. Gambar-gambar yang
disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah sehingga dapat dipakai
berkali-kali.
j.
Papan buletin
Berbeda dengan papan flanel, papan buletin ini tidak
dilapisi kain flanel tetapi langsung ditempel gambar-gambar atau
tulisan-tulisan. Fungsinya selain menerangkan sesuatu, papan buletin
dimaksudkan untuk memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu. (Arief S. Sadiman, dkk, 2006:28-48)
B.
Media
Visual proyeksi
Berkembangnya
produk-produk tekhnologi informasi dan komunikasi, dan komputer dewasa ini,
memungkinkan media visual pembelajaran dapat ditampilkan dengan alat proyeksi ( projektor ). Proyektor berfungsi untuk
menampilkan objek-objek atau ilustrasi pada layar proyeksi atau layar monitor
dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran yang sebenarnya. Sehingga mudah
dilihat dan diamati oleh seluruh peserta didik dalam satu kegiatan
pembelajaran.
Teknologi
terbaru menyediakan program dan peralatan pendukung modern sehingga penyimpan
gambar dan menampilkannya pada suatu bentuk digital atau analog, seperti pada
power point. Penempatan secara digital mekanismenya termasuk CD ROM, CD Photo,
camera digital, DVD dan scanner. Secara umum bentuk menengah dari penyimpanan
ini untuk visual adalah Video Disc atau Laser Disc.
1. Hasil
potretan kamera
Media hasil potretan kamera dapat berupa
foto dan atau film tak bersuara menggunakan kamera digital, dapat diproyeksikan
melalui proyektor. Pada proses pembelajaran, foto-foto dan film tersebut
diproyeksikan pada sebuah layar lebar di dalam ruangan atau dapat juga
disiarkan secara jarak jauh melalui program televisi atau video conference.
2. Hasil
kreasi dengan program aplikasi
Media visual dalam bentuk gambar, data,
diagram, dengan dan tanpa animasi dapat di buat dengan menggunakan berbagai
program aplikasi komputer. Yang paling umum digunakan adalah power point berbasis
mocrosoft office yang sangat cocok digunakan untuk membuat bahan presentasi dan
pembelajaran untuk semua level pendidikan.
3. Overhead
Projector (OHP)
Ciri utama OHP adalah alat yang
sederhana. Hal yang mendasar dari OHP adalah sebuah kontak dengan ruang tempat
penghasil cahaya yang diatasnya terdapat permukaan datar tempat meletakkan
transparansi.(Rayandra Ashar, 2011:65-69)
2.2. Karakteristik Media Audio
Berbeda
dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan
yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik verbal
( ke dalam kata-kata/ bahasa lisan ) maupun non verbal. Ada beberapa jenis
media dapat kita kelompokkan dalam media audio, antara lain radio, alat perekam
pita magnetik, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.
a. Radio
Sebagai suatu media, radio mempunyai
beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan media yang lain, yaitu :
1. Harganya
relatif murah dan variasi programnya banyak dari pada TV;
2. Sifatnya
mudah dipindahkan. Radio dapat dipindah-pindahkan dari satu ruang ke ruang lain
dengan mudah;
3. Jika
digunakan bersama-sama dengan alat perekam radio bisa mengatasi problem jadwal
karena program dapat direkam dan diputar lagi sesuka kita;
4. Radio
dapat mengembangkan daya imajinasi anak;
5. Dapat
merangsang partisipasi pendengar. Sambil mendengarkan siswa boleh menggambar,
menulis, melihat peta, menyanyi ataupun menari;
6. Radi
dapat memusatkan perhatian siswa pada kata-kata yang digunakan, peda bunyi dan
artinya. ( terutama ini amat berguna bagi program sastra/puisi);
7. Siaran
lewat suara terbukti amat tepat/cocok untuk mengajarkan musik, dan bahasa;
8. Radio
dapat mengerjakan hal-hal tertentu secara lebih baik.
b. Alat
Perekam Pita Magnetik
Alat perekam pita magnetik (magnetic
tape recording) atau lazimnya orang menyebut tape recording adalah salah satu
media pendidikan yang tak dapat di abaikan untuk menyampaikan informasi, karena
mudah menggunakannya.
c. Laboratorium
Bahasa
Laboratorium bahasa adalah alat untuk
melatih siswa mendengar dan berbicara bahasa asing dengan cara menyajikan
materi pelajaran yang disediakan sebelumnya. Media yang dipakai adalah media
perekam.
Dalam raboratorium bahasa, nurid duduk
sendiri-sendiri di dalam kotak bilik akustik dan kotak suara. Siswa mendengar
suara guru yang duduk diruang kontrol lewat headphone. Pada saat dia menirukan
ucapan guru dia juga mendengar suaranya sendiri lewat headphonenya, sehingga
dia bisa membandingkan ucapannya dengan ucapan guru. Dengan demikian dia bisa
segera memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuatnya.(Arief S. Sadiman, 2006:49-55).
2.3. Karakteristik Media
Audio-Visual
Media Pembelajaran menggunakan
Teknologi audi-visual adalah suatu cara menyampaikan materi dengan menggunakan
mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual, penyajian
pengajaran secara audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras
selama proses pembelajaran, seperti , mesin proyektor film, tape recorder,
proyektor visual yang lebar. Karakteristik media ini adalah :
- Bersifat linear
- Menyajikan visual yang dinamis
- Digunakan dengan cara yang telah ditentukan sebelumnya oleh perancang
- Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau abstrak
- Dikembangkan menurut prinsip psikologis behafiorisme dan kognitif
Berorientasi pada guru, pendekatan yang berorientasi
pada guru atau lembaga adalah sistem pendidikan yang konvensional dimana hampir
seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh para guru dan staf
lembaga penndidikan. Dalam sistem ini guru mengkomunikasikan pengethuannya kepada
siswa dalam bentuk pokok bahasan dalam beberapa macam bentuk silabus. Biasanya
pembalajaran berlangsung dan selesai dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan
metode mengajar yang dipakai tidak beragam bentuknya, biasanya menggunakan
metode ceramah dengan pertemuan tatap muka (face
to face).( http://www.bakharuddin.net/2012/07/karakteristik-media-pembelajaran.html)
Media
ini dapat menampilkan unsur gambar (visual) dan suara (audio) secara bersamaan
pada saat mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media audio-visual terbagi
dua macam, yakni; (1) audio visual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur
gambar berasal dari dari satu sumber seperti video kaset; dan (2) audio visual
tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari slides proyektor
dan unsur suaranya berasal dari tape recorder.
Media
video dapat diklasifikasikan sebagai media audio-visual. Walau bentuk fisiknya
berbeda, media ini memiliki kesamaan dengan film, yakni sama-sama mampu
menayangkan gambar bergerak. Media video merupakan rekaman gambar dan suara
dalam kaset pita video ke dalam pita magnetik. Rekaman gambar dan suara dalam
pita kaset video dapat ditayangkan ke dalam layar televisi dengan menggunakan
perangkat keras bernama video tape recorder (VCR). Untuk dapat merekam gambar dab
suara ke dalam pita video diperlukan beberapa peralatan, seperti kamera video,
microphone, pita video, dan alat perekam yang disebut video cassette recorder
serta alat penyunting gambar (editing machine/program).
Media
video telah banyak digunakan untuk berbagai keperluan mulai dari hiburan,
sampai bidang pendidikan dan pembelajaran. Media ini dapat mengungkapkan objek
dan peristiwa seperti keadaan yang sesungguhnya. Perencanaan yang aik dalam
menggunakan media video akan membuat proses komunikasi (pembelajaran) menjadi
efektif.
Kalau
dibandingkan dengan film, media video memiliki keunggulan, antara lain:
1. Media
video mampu dengan cepat menayangkan kembali gambar dan suara yang telah
direkam ke dalam pesawat TV monitor;
2. Pemakaian
media video lebih disukai dari pada media film karenapengoprasian media film
lebih rumit. Media film memerlukan ruangan gelap total agar penayangan gambar
terlihat sempurna sedangkan media video tidak memerlukan ruangan yang gelap
secara total.
2.4. Karakteristik Media Multimedia
Istilah
multimedia muncul pertama kali diawal 1990 melalui media masa. Istilah ini
dipakai untuk menyatukan teknologi digital dan analog di bidang entertainment,
publishing, communications, marketing, advertising, dan juga commercial.
Multimedia merupakan penggabungan dua kata “multi” dan “media”. Multi berarti
“banyak” sedangkan media atau bentuk jamaknya berarti medium.
Vaughan
(2004) menjelaskan bahwa multimedia adalah sembarang kombinasi yang terdiri
atas teks, seni grafik, bunyi, animasi, dan video yang diterima oleh pengguna
melalui hardwere komputer. Sejlan dengan hal yang diatas, Heinich et al (2005)
menyatakan bahwa multimedia merupakan penggabungan atau pengintegrasian dua
atau lebih format media berpadu seperti teks, grafik, animasi, dan video untuk
membentuk aturan informasi ke dalam sistem komputer (Supriatna,2007).
Sehingga
multimedia dapat di devenisiskan menjadi dua kategori yaitu multimedia content
production dan multimedi communication dengan devinisi sebagi berikut :
1. Multimedia
Content Production
Multimedia
adalah penggunaan dan pemrosesan beberapa media (text, audio, graphics, animation, video, interacivity) yang
berbeda untuk menyampaikan informasi atau menghasilkan produk multimedia (music, video, film, game, entertaiment,
dll) atau penggunaan sejumlah teknologi yang berbeda yang memungkinkan
untuk menggabungkan media (text, audio, graphics, animation, video,
interacivity) dengan cara yang baru untuk tujuan komunikasi. Dalam kateori
ini media yang digunakan adalah: media teks, audio, video, animasi,
graph/image, interactivity dan special effect.
2. Multimedia
communication
Multimedia
adalah menggunakan media massa, seperti televisi, radio, cetak, dan internet,
untuk mempublikasikan, menyiarkan, dan mengkomunikasikan.
Keuntungan
penggunaan multimedia dalam pembelajaran diantaranya dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep abstrak dengan lebih mudah, selain
itu juga penggunaan media komputer dalam bentuk multimedia dapat memberikan
kesan yang positif kepada guru karena dapat membantu guru menjelaskan isi
pelajaran kepada pelajar, menghemat waktu dan meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar. (Rayandra Ashar, 2011:73-76).
Langganan:
Postingan (Atom)
Sjahrir dalam "Perdjoeangan Kita"
Perjuangan Kita atau Perdjoeangan Kita ( bahasa Belanda : Onze Strijd ) adalah sebuah pamflet yang ditulis akhir Oktober 1945 oleh pemi...
-
BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aztek merupakan satu dari beberapa kebudayaan, yang disebut secara umum sebagai “nahuas” ...
-
ISLAM DI SPANYOL Masuknya Islam Ke Spanyol (Spain) Muslim spanyol merupakan manifestasi atas ...